Pendahuluan
Kepala sekolah selaku orang yang mempunyai wewenang dan kekuasaan sudah selayaknya mempunyai gaya kepemimpinan yang efektif untuk mengatur dan mengembangkan jabatan yang diembannya. Kepala sekolah dalam mengembangkan tugasnya hendaknya didasari dengan sikap sungguh-sungguh & etos kerja yang tinggi.
Kepala sekolah yang mempunyai kesungguhan dan etos kerja yang tinggi akan mampu melaksanakan inovasi pendidikan dengan baik. Disamping itu ditunjang dengan kemampuan manajerial yang handal juga merupakan faktor yang mewujudkan sekolah yang efektif, kondusif dan dinamis.
Kehadiran kepala sekolah sangat penting karena merupakan motor penggerak bagi sumber daya sekolah terutama guru, karyawan, dan anak didik. Begitu besarnya peranan sekolah dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya inovasi pendidikan dan kegiatan sekolah sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh kepala sekolah. Namun, perlu dicatat bahwa keberhasilan seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya, tidak ditentukan oleh tingkat keahliannya dibidang konsep dan teknik kepemimpinan semata, melainkan lebih banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam memilih dan menggunakan teknik atau gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dipimpin.
Pandangan diatas menunjukan pentingnya menelaah dan membahas kembali tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam melaksanakan inovasi pendidikan agar tercipta sekolah efektif dan berkwalitas.
Pembahasan
1. Pengertian Kepemimpinan
Istilah kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli, kepemimpinan adalah suatu kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan atau menggerakan orang-orang lain agar mereka mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan bersama[1]. Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain sehingga mau melakukan suatu tindakan dengan sukarela untuk mencapai tujuan tertentu[2].
Menurut Hemphill, J. K, dan Coon A. E, kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke satu tujuan yang ingin dicapai bersama[3]. Pendapat ini diperkuat oleh Tannenbaun, Weschler, dan Masarik, kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi , yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu[4].
Dari beberapa pandangan kepemimpinan diatas, dapat diambil benang merah bahwa kepemimpinan adalah suatu pengaruh sosial yang dalam hal ini perilaku yang disengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas serta hubungan di dalam sebuah kelompok/organisasi atau lembaga pendidikan.
2. Gaya Kepemimpinan
Untuk mengetahui kesuksesan pemimpin ialah mempelajari gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan sangat beragam, sehingga melahirkan berbagai pendekatan. Efektivitas kepemimpinan dapat diidentifikasi dari berbagai kriteria sesuai dengan gaya kepemimpinan yang dipergunakan.
Menurut Rensis Likert dalam Sarbinor Karim ada empat jenis gaya kepemimpinan, yaitu (a) gaya eksploratif-otoritatif, pemimpin bersikap eksploitatif kepada anggota, dengan menciptakan ketakutan dan juga ancaman hukuman kepada para anggota, dia melakukan komunikasi kesatu arah saja, dan tidak pernah meminta keterlibatan anggota dalam mermuskan suatu kebijakan, (b) gaya kepemimpinan "otoritatif yang baik hati" (benevolent authoritative), pemimpin dengan gaya cenderung mengabaikan gagasan-gagasan anggota, (c) gaya kepemimpinan konsultatif., pemimpin membuka partisipasi bagi para anggota, tetapi dia sendirilah yang pada akhirnya membuat keputusan, (d) gaya kepemimpinan partisipatif[5], pemimpin memberikan kepercayaan penuh kepada anggota, dia memberi kepada para anggotanya untuk menetapkan tujuan dan merencanakan kegiatan organisasi, sehingga para anggota tersebut merasa bebas.
Menurut Hersey dan Blancard merumuskan empat gaya kepemimpinan[6], yaitu:
a. Kepemimpinan partisipasi, adapun ciri-cirinya : - Kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan antara pemimpin dan bawahan dalam keadaan seimbang, - Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, - Komunikasi dua arah makin meningkat, pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya, - Keikutsertaan bawahan dalam memecahkan masalah dan pengambilan keputusan makin bertambah, sebagai pemimpin berpendapat bahwa bawahan memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup untuk penyelesaian tugas.
b. Kepemimpinan konsultasi, adapun ciri-cirinya: - Pemimpin tipe ini masih memberikan direktif yang cukup besar serta menetapkan keputusan-keputusan, - Pemimpin mau mendengarkan keluhan-keluhan dan perasaan bawahan mengenai keputusan yang diambil, - Sementara bantuan terhadap bawahan ditingkatkan, pelaksanaan atas keputusan tetap ada pada pemimpin.
c. Kepemimpinan delegasi, adapun ciri-cirinya: - Pemimpin mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan bawahan, dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya kepada bawahan, - Selanjutnya bawahan diberi hak untuk menentukan langkah-langkah bagaimana keputusan dilaksanakan, - Bawahan diberikan wewenang menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan keputusannya sendiri, sebab mereka telah dianggap memiliki kecakapan dan dipercaya memikul tanggung jawab untuk mengerahkan dan mengelola dirinya sendiri.
d. Kepemimpinan instruksi, adapun ciri-cirinya: - Memberi pengarahan secara spesifik tentang apa, bagaimana, dan kapan kegiatan dilakukan, -Kegiatan lebih banyak diawasi secara ketat, -Kadar direktif tinggi, -Kadar suportif rendah, - Kurang dapat meningkatkan kemampuan pegawai, - Kemampuan motivasi pegawai rendah, tinggi kematangan bawahan rendah.
Dari pandangan tentang gaya kepemimpinan diatas kalau dianalisa bahwa gaya kepemimpinan partisipasi yang pas diterapkan agar pengelolaan dan pelaksanaan roda organisasi atau lembaga pendidikan dapat berjalan dengan optimal.
3. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan kepala sekolah adalah cara atau usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak terkait untuk bekerja atau berperan guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Cara kepala sekolah untuk membuat orang lain bekerja untuk mencapai tujuan sekolah meruapkan inti kepemimpinan kepala sekolah[7].
Banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah, yaitu: - Kepribadian yang kuat, yaitu pribadi yang percaya diri, berani, bersemangat, murah hati, dan memiliki kepekaan sosial, - Memahami tujuan pendidikan dengan baik. Karena dengan pemahaman yang baik, kepala sekolah dapat menjelaskan kepada guru, stafnya, murid-murid dan pihak terkait tentang strategi pencapaian tujuan sekolah, - Memiliki pengetahuan yang luas. Kepala sekolah harus memiliki pengetahuan yang luas tentang bidang tugasnya maupun bidang lain yang terkait, - Memiliki ketrampilan profesional, yaitu ketrampilan yang terkait tugasnya sebagai kepala sekolah yaitu; ketrampilan teknis (menyusun jadwal pelajaran, memimpin rapat, melakukan supervisi), ketrampilan hubungan kemanusiaan (memotivasi, mendorong guru dan staf untuk berprestasi), ketrampilan konseptual (mengembangkan konsep pengembangan sekolah mengidentifikasi dan memcahkan masalah serta mengantisipasi masalah yang akan timbul dari semua kemungkinan), - Mampu meng-Inovasi pendidikan. Dengan inovasi pendidikan, sekolah akan mengalami peningkatan prestasi akademik dan non akademik.
Thomp dalam Syafaruddin menjelaskan bahwa kepala sekolah adalah orang yang sangat penting dalam sistem sekolah. Mereka mengusahakan, memelihara aturan dan disiplin, menyediakan barang-barang yang diperlukan, melaksanakan dan meningkatkan program sekolah, serta memilih dan mengembangkan pegawai/personil[8].
Kepala sekolah harus dapat memahami semua situasi yang ada di sekolah agar dia dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi sekolahnya. Karena itu, menurut para ahli suatu gaya kepemimpinan yang dapat efektif untuk situasi tertentu dan kurang efektif bagi situasi yang lain. Adapun gaya kepemimpinan tersebut yaitu: partisipasi, instruksi, delegasi, konsultasi.
Kepemimpinan pendidikan, seorang kepala sekolah mengorganisasikan sekolah dan personil yang bekerja didalamnya ke dalam suatu situasi yang efisien, demokratis, dan kerjasama institusional yang tergantung keahlian para pekerja. Di bawah kepemimpinannya, program pendidikan untuk murid harus direncanakan, dirganisasi dan ditata.
Menurut Stoner dalam Wahjosumidjo yang perlu dilaksanakan oleh kepala sekolah: - Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain (work with and trough other people), - Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan ( responsible and accountable), - Dengan waktu dan sumber terbatas seorang kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan (managers balance competing goals and set priorities), - Kepala sekolah harus berpikir secara analistik dan konsepsional (must think analytically and conceptionally), - Kepala sekolah sebagai juru penengah (mediators), - Kepala sekolah sebagai politisi (politicians), - Kepala sekolah sebagai diplomat, - Kepala sekolah berfungsi sebagai pengambil keputusan yang sulit (make difficult decision)[9]. Hal ini dapat diambil benang merah bahwa kepala sekolah secara teoritik bertanggung jawab atas penyelenggaraan sembilan program pendidikan di sekolah.
Sementara kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan menekankan: (1) menstimulasi, dan memotivasi staf untuk unjuk kerja secara maksimum, (2) bersama-sama dengan staf mengembangkan sistem obyektif dan realistis tentang pertanggung jawaban belajar, (3) mengembangkan secara bersama-sama prosedur perkiraan yang dapat dioperasionalkan untuk melaksanakan program belajar guna mengidentifikasi dan meyakini alternatif perbaikan bagi bidang yang lemah bekerjasama staf dalam mengembangkan dan mengimplementasikan evaluasi staf, (4) bekerja dengan staf dalam memformulasikan rencana-rencana untuk mengevaluasi dan melaporkan kemajuan murid, (5) menyediakan saluran bagi keterlibatan masyarakat dalam operasi madrasah, mendorong terus menerus studi kurikuler dan inovasi pembelajaran, (6) melengkapi kepemimpinan siswa (organisasi siswa) dalam membantu mereka berkembang secara bermakna dan bertanggung jawab, dan menetapkan pusat sumber belajar dan memperlancar penggunaannya.
Peran kepala sekolah dalam administrasi meliputi pertanggungjawaban pada guru dan pekerja lainnya, masing-masing mempunyai tugas yang ditetapkan secara khusus. Sedangkan tugas kepala sekolah mengkoordinasi, mengarahkan, dan men-suport kerja guru dan staf adalah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mengevaluasi unjuk kerja memberi sumber daya yang dibutuhkan, membangun iklim psikologis yang mendukung, melibatkan diri terus menerus dengan orang tua, merencanakan menjadwal kegiatan, menertibkan tata buku, menyelesaikan konflik guru, menangani problem murid, berhubungan kantor pusat kepala sekolah, dan membantu yang lain untuk menjaga perselisihan. Tugas kepala sekolah adalah peran administrasi daripada kepemimpinan. Administrasi menurutnya, merujuk pada perilaku rutin yang dikaitkan dengan tugas kepala sekolah.
Peran administrasi kepala sekolah adalah peran administrasi daripada kepemimpinan. Administrasi menurutnya, merujuk pada perilaku rutin yang dikaitkan dengan tugas kepala sekolah. Peran administrasi dan kepemimpinan kepala sekolah ini sulit dipisahkan keduanya merupakan komplemen yang saling menyeimbangkan. Keberhasilan kepala sekolah dalam kepemimpinan dan administrasi memiliki satu arah dan tujuan yaitu the improvement of teaching and learning for students.
Keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dipengaruhi oleh gaya pemimpin terhadap bawahan (guru). Gaya kepemimpinan tersebut, dapat dijelaskan dalam teori path-goal, yaitu gaya pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan[10]. Fungsi memotivasi dari pemimpin tersebut terdiri atas bertambahnya keuntungan (payoff) pribadi bawahan bagi pencapaian kerja-tujuan dan membuka jalan agar keuntungan tersebut menjadi lebih mudah dijalankan dengan memperjelasnya, mengurangi halangan-halangan dan perangkap-perangkap di jalan, serta meningkatkan peluang bagi kepuasan pegawai terhadap pemimpin tersebut. Para pemimpin juga mempengaruhi kepuasan dari bawahan, khususnya dengan pemimpin tersebut.
Beberapa pernyataan tentang kepemimpinan kepala sekolah tersebut dapat diambil benang merah bahwa gaya pemimpin terhadap bawahan (guru) sangat menentukan keberhasilan dalam mengembangkan sebuah institusi yang baik dan kualitas. Komitmen, dukungan dari pemimpin dan bawahan adalah kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam menjalankan roda kepemimpinannya.
4. Konsep Inovasi Pendidikan
Pengertian Inovasi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, inovasi ialah pemasukan atau pengenalan hal-hal baru; pembaharuan, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode atau alat)[11].
Menurut Miles dalam Soemanto, inovasi ialah macam-macam “perubahan” genus. Inovasi sebagai perubahan disengaja, baru, khusus untuk mencapai tujuan-tujuan sistem. Jadi perubahan ini dikehendaki dan direncanakan[12].
Definisi inovasi diatas, oleh menurut para ahli tidak ada perbedaan mendasar tentang pengertian inovasi antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, dapat diambil benang merah bahwa inovasi ialah suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia, yang diamati atau dirasakan sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat). hal yang baru itu dapat berupa hasil invensi atau diskoveri yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dan diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau kelompok masyarakat. jadi inovasi adalah bagian dari perubahan sosial.
Dari pandangan tersebut dapat diambil benang merahnya bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. jadi inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau discoveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.
Inovasi pendidikan tidak datang dengan sendirinya, kita harus mengupayakannya. Kalau tidak, pendidikan kita akan tertinggal oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat ini. Menurut Nisbet dalam Cece Wijaya, dkk bahwa inovasi pendidikan harus dapat melewati empat tahapan[13] :
1. The increase in work load (pertambahan beban kerja) artinya inovasi dan eksperimen harus sudah dipikirkan jauh sebelumnyaagar bisa menggantikan hal yang sudah usang, bukan pada waktu krisis sedang menimpa, baru sibuk mencari jawabannya.
2. Mempersiapkan diri dengan mempertinggi keahlian dalam rangka Loss of confidence (kehilangan kepercayaan), artinya guru harus menerima dan mengembangkan ide-ide baru, sehingga tidak canggung dan berdiam diri.
3. The period of confusion (masa kacau) artinya sebelum arah inovasi yang diserap jelas tujuannya, bisa saja timbul kekacauan, tetapi dalam hal ini masih dalam batas-batas yang dapat ditanggung oleh para pengajar.
4. The Blacklash, artinya apabila ada kasus-kasus yang timbul, misalnya rumus evaluasi hendaknya dipecahkan menurut upaya inovasi.
Inovasi termasuk bagian dari perubahan sosial, dan inovasi pendidikan merupakan bagian dari perubahan sosial. Dalam rangka peningkatan peningkatan kwalitas sekolah, inovasi pendidikan adalah keharusan. Oleh karena itu, Inovasi pendidikan harus didukung oleh seluruh komponen sekolah, yaitu: kepala sekolah, guru, staf, karyawan, murid, komite sekolah. Diantara komponen sekolah yang paling mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan inovasi pendidikan adalah kepala sekolah.
Peran Kepala Sekolah Dalam Melaksanakan Inovasi Pendidikan
Kepala sekolah merupakan top leader dari suatu lembaga pendidikan. Kebijakan yang diputuskan merupakan hal yang strategis dalam keberhasilan sekolah. Kepala sekolah seharusnya orang yang memiliki kecerdasan, kekreatifan, dan visi dan tujuan ke depan dalam rangka menatap realitas masyarakat yang semakin global. Menurut pandangan Gorton, kepala sekolah adalah agen pembaharu, sangat penting dalam inovasi pendidikan[14]. Tugas pokok dalam inovasi pendidikan adalah menilai efektivitas program, mengkaji, mengembangkan dan mengimplementasikan program pengembangan madrasah.
Hal ini dapat dipahami bahwa pimpinan atau kepala sekolah adalah top leader dari suatu lembaga pendidikan. Sebagai pemimpin harus memberikan hal yang terbaik bagi pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan yang dipimpin, yaitu: ide-ide inovasi, keteladanan, disiplin, berwibawa, melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Oleh sebab itu, kepala sekolah menjalankan dua belas langkah;
a. Kepala sekolah sebelum melangkah lebih jauh perlu tahu tugasnya sendiri. Tugas pokok tersebut menjadi pedoman untuk melaksanakan kegiatan sehingga tidak menyimpang dari tugas pokoknya. Andaikata ada penyimpangan, akan cepat kembali kepada tugas pokoknya sebagai rujukan.
b. Tahu jumlah pembantunya. Hal ini sangat perlu terutama untuk pembagian tugas secara adil. Sebab pemimpin yang disenangi atau disukai, bila salah satu tidak masuk, maka tugasnya dapat dilimpahkan kepada yang lain sehingga tidak sampai merugikan madrasah.
c. Tahu nama-nama pembantunya. Orang akan lebih cepat datang bila dipanggil nama pribadinya.
d. Tahu tugas masing-masing pembantunya. Hal ini memudahkan sistem kontrol, bila terjadi hal-hal yang diinginkan.
e. Memperhatikan terhadap kehadiran para pembantunya. Kepala madrasah perlu jeli terhadap kehadiran pembantunya. Hal ini sangat dimungkinkan ketidakhadirannya memerlukan pertolongan atau bantuan karena salah satu keluarganya kena musibah.
f. Memperhatikan peralatan pembantunya. Alat kerja yang baik dapat membantu kelancaran pekerjaan.
g. Menilai pembantunya. Menilai pembantu bukan berarti mencari kesalahan. Hasil dari penilaian tersebut, kepala madrasah akan mudah memberikan tugas sesuai dengan kemampuannya dan memberikan prioritas mana yang perlu diberi bimbingan.
h. Mengambil tindakan-tindakan. Kepala madrasah yang bertanggung jawab tidak membiarkan pembantunya atau stafnya yang menyeleweng.
i. Memperhatikan karier pembantunya. Hal ini sangat diperlukan agar karier pembantunya tidak terhambat, malah semakin meningkat.
j. Memperhatikan kesejahteraan, baik dirinya dan stafnya.
k. Menciptakan suasana kekeluargaan
l. Memberikan laporan kepada atasannya. Hal ini dimaksudkan agar kepala madrasah cepat mengetahui apa yang terjadi, bila perlu segera mengambil tindakan.
Disamping itu Ibrahim berpandangan bahwa, peran kepala sekolah dalam melaksanakan inovasi pendidikan[15], adalah : (a) Merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus inovasi pendidikan yang akan dilaksanakan dengan rumusan yang jelas, (b) Mengidentifikasi masalah, (c) Menentukan kebutuhan, (d) Mengidentifikasi sumber penunjang dan penghambat, (e) Menentukan alternatif kegiatan berdasarkan faktor penunjang yang ada serta mempertimbangkan adanya hambatan yang mungkin timbul baik dari dalam sistem (madrasah) maupun dari luar sistem (masyarakat), (f) Menentukan alternatif pemecahan masalah, (g) Menentukan alternatif cara pendayagunaan sumber yang ada, (h) Menentukan kriteria untuk memilih alternatif pemecahan masalah, (i) Menetukan alternatif pengambil keputusan, (j) Menentukan kriteria untuk menilai hasil inovasi pendidikan berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan.
Bentuk-bentuk inovasi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah adalah:
Inovasi Fisik
a. Kurikulum
Inovasi/pembaharuan kurikulum yang dilakukan oleh Kepala sekolah adalah modifikasi kurikulum, yaitu menambah jam pelajaran 45 jam permingu menjadi 48 jam. Atau 70 % ilmu umum harus dibaca 100 % dalam proses pelaksanaan pengajarannya. Hal ini dilakukan oleh kepala sekolah agar tidak kalah dengan sekolah lain, siswa dapat memahami ilmu umum dan ilmu agam secara seimbang. Disamping itu juga menerapkan integrated learning, dan integrated curriculum. Integrated learning adalah pengintegrasian materi-materi agama ke dalam materi umum. Integrated curriculum adalah penerapan perpaduan antara pelajaran umu dengan agama. Dengan upaya pengintegrasian tersebut, siswa mengalami peningkatan kualitas pendidikan, baik dari aspek kualitas akademik dan aspek psikis dengan meningkatnya moralitas anak. Jadi adanya keseimbangan antara pemahaman ilmu umum dan pemilikan akhlaq.
b. Inovasi Sarana dan prasarana
Inovasi pengelolaan sarana dan prasarana dapat terwujud melalui kerjasama sekolah dengan orang tua siswa (komite sekolah), misalnya membangun gedung, LAB bahasa, LAB IPA, komputerisasi, dan lain-lain.
c. Inovasi Pengelolaan Keuangan
Ide gagasan inovasi pengelolaan keuangan dengan konsep open management yang datang dari kepala sekolah kepada bawahan harus ditangkap secara matang dalam proses mengambil kebijakan demi lancarnya proses pembelajaran di sekolah. Proses pengelolaan keuangan di sekolah dapat melalui dua tahapan yaitu, tahapan penerimaan yang khusus dipegang satu orang, tahapan pengeluaran dipegang dan dikontrol satu orang. Proses pembelanjaan keuangan, dipasrahkan kepada guru dan karyawan. Sebagai bukti laporan menyerahkan secara rasional dan profesional.
Dari uraian di atas, bahwa konsep inovasi pengelolaan keuangan, menggunakan konsep self managing school sebagai pengejawantahan manajemen berbasis sekolah[16] (Fattah: 7-8), yaitu pelibatan pada bawahan untuk mengelola keuangan sebaik mungkin.
d. Inovasi Strategi Pembelajaran
Inovasi strategi pembelajaran yang dilaksanakan diantaranya, yaitu team teaching, guru bidang studi, class grouping, rotation class, bimbingan ebtanas, pondok ebtanas, penggunaan 101 strategi pembelajaran.
Inovasi non Fisik
a. Pengelolaan siswa
Dalam konsep inovasi, bahwa siswa merupakan faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan inovasi pendidikan. Siswa terlibat langsung dalam proses belajar mengajar di sekolah. Inovasi pengelolaan siswa dapat dimulai dari penerimaan siswa baru, yaitu melalui seleksi yang matang tidak asal terima, kemudian digodok melalui proses belajar mengajar yang berkwalitas sehingga menghasilkan out put (lulusan yang kwalitas).
b. Pengelolaan tenaga guru
Proses inovasi pengelolaan guru merupakan salah satu kunci keberhasilan (key to succesfullnes) sekolah, sebab guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang mempengaruhi keberhasilan dalam institusi pendidikan. Untuk itu, diperlukan profesionalisasi guru dibidang pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Profesionalisasi guru diperlukan untuk melangsungkan proses inovasi di sekolah. Kecerdikan, kekreatifan, dan memiliki etos dan komitmen yang tinggi tumbuh berkembang secara personal profesional merupakan sikap inovatif yang dibutuh-kan pula untuk melaksanakan inovasi pendidikan sekolah.
c. Pengelolaan hubungan masyarakat
Konsep school based management (manajemen berbasis sekolah) yang diterapkan di sekolah, salah satunya proses pelibatan orang tua siswa terhadap keputusan lembaga, menumbuhkan rasa memiliki "mutual support". Masyarakat saling mendukung keputusan yang telah dicapai bersama bahkan bertanggung jawab atas maju tidaknya sekolah. Sehingga masyarakat menaruh kepercayaan, harapan yang tinggi terhadap sekolah.
Kesimpulan
Kepemimpinan kepala sekolah adalah cara atau usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak terkait untuk bekerja atau berperan guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Cara kepala sekolah untuk membuat orang lain bekerja untuk mencapai tujuan sekolah merupakan inti kepemimpinan kepala sekolah.
kepala sekolah dapat berhasil melaksanakan inovasi pendidikan tergantung gaya kepemimpinannya. Adapun gaya kepemimpinan kepala sekolah, adalah: partisipasi, konsultasi, delegasi, instruksi. Namun diantara gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan dalam melaksanakan inovasi pendidikan adalah partisipasi.
Adapun bentuk-bentuk inovasi pendidikan yang dilaksanakan kepala sekolah adalah 1. Inovasi fisik: inovasi kurikulum, sarana dan prasarana, pengelolaan keuangan, strategi pembelajaran, 2. Inovasi non fisik: pengelolaan siswa, pengelolaan guru, pengelolaan hubungan masyarakat.
Daftar Pustaka
Burhanuddin, 2002. Manajemen Pendidikan: Wacana Proses dan Aplikasinya di Sekolah. Malang: Universitas Negeri Malang,
Syafaruddin, 2005. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press
Hemphill, J. K, dan Coon A. E, 1957. Development of the Leader Behavior Description Ouestionnaire. In R. M. Stogdill and A.E. Coon (Eds), Leader Behavior: Its Description and Measurement. Columbus, Ohio: Bureau of Business Research, Ohio State University
Tannenbaun, Weschler, dan Massarik. F,1961. Leadership and Organization. New York: McGraw-Hill
Sarbinor Karim, 2003 (ed), Awang Faroek Ishak di Mata Para Sahabat. Jakarta: Indomedia
Wahjosumidjo, 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tijauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada
G. Yukl, 1994. Leadhership in Organization. Englewood Cliff, Nj: Prentice Hall, 2nd ed
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
W. Soemanto, 1980. Petunjuk Untuk Pembinaan Pendidikan. Surabaya – Indonesia: Usaha Nasional
Cece Widjaya (ed), 1988. Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran, Bandung: Rosda Karya
R. A. Gorton, 1976. School Administration Challenge and Opportunity For Leadership. New York: Win. C. Brown Company Publisher
Ibrahim, 1998. Inovasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Dikti, Proyek Pengembangan Tenaga Kependidikan
Nanang Fattah, 2000. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: CV. Andria,
[1] Burhanuddin, Manajemen Pendidikan: Wacana Proses dan Aplikasinya di Sekolah, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2002), h. 134
[2] Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 156
[3] Hemphill, J. K, dan Coon A. E, Development of the Leader Behavior Description Questionnaire. In R. M. Stogdill and A.E. Coon (Eds), Leader Behavior: Its Description and Measurement. (Columbus, Ohio: Bureau of Business Research, Ohio State University, 1957), h. 2
[4] Tannenbaun, Weschler, dan Massarik. F, Leadership and Organization, (New York: McGraw-Hill, 1961), h. 24
[5] Dapat dilihat dalam paparan yang diulas oleh Sarbinor Karim, (ed), Awang Faroek Ishak di Mata Para Sahabat, (Jakarta: Indomedia, 2003), h. 85-86
[6] Ibid
[7] Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, op. cit, h. 164
[8] Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, op. cit, h. 164
[9] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tijauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h. 33
[10] G. Yukl, Leadhership in Organization, (Englewood Cliff, Nj: Prentice Hall, 2nd ed, 1994), h. 241
[11] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 541
[12] W. Soemanto, Petunjuk Untuk Pembinaan Pendidikan, (Surabaya – Indonesia: Usaha Nasional, 1980), h. 62
[13] Cece Widjaya (ed), Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran, (Bandung: Rosda Karya, 1988), h. 5
[14] R. A. Gorton, School Administration Challenge and Opportunity For Leadership, (New York: Win. C. Brown Company Publisher, 1976), h. 215
[15] Ibrahim, Inovasi Pendidikan (Jakarta: Depdikbud Dikti, Proyek Pengembangan Tenaga Kependidikan, 1998), h. 172
[16] Nanang Fattah, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: CV. Andria, 2000), h. 7 - 8
Pendahuluan
Kepala sekolah selaku orang yang mempunyai wewenang
dan kekuasaan sudah selayaknya mempunyai gaya kepemimpinan yang efektif untuk
mengatur dan mengembangkan jabatan yang diembannya. Kepala sekolah dalam mengembangkan tugasnya
hendaknya didasari dengan sikap sungguh-sungguh & etos kerja yang tinggi.
Kepala
sekolah yang mempunyai kesungguhan dan etos kerja yang tinggi akan mampu
melaksanakan inovasi pendidikan dengan baik. Disamping itu ditunjang dengan kemampuan manajerial
yang handal juga merupakan faktor yang mewujudkan sekolah yang efektif,
kondusif dan dinamis.
Kehadiran
kepala sekolah sangat penting karena merupakan motor penggerak bagi sumber daya
sekolah terutama guru, karyawan, dan anak didik. Begitu besarnya peranan
sekolah dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, sehingga dapat dikatakan
bahwa sukses tidaknya inovasi pendidikan dan kegiatan sekolah sebagian besar
ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh kepala sekolah. Namun, perlu dicatat bahwa keberhasilan seorang
pemimpin dalam melaksanakan tugasnya, tidak ditentukan oleh tingkat keahliannya
dibidang konsep dan teknik kepemimpinan semata, melainkan lebih banyak
ditentukan oleh kemampuannya dalam memilih dan menggunakan teknik atau gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dipimpin.
Pandangan
diatas menunjukan pentingnya menelaah dan membahas kembali tentang kepemimpinan
kepala sekolah dalam melaksanakan inovasi pendidikan agar tercipta sekolah
efektif dan berkwalitas.
Pembahasan
1.
Pengertian
Kepemimpinan
Istilah
kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli, kepemimpinan adalah suatu
kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan,
dan atau menggerakan orang-orang lain agar mereka mau bekerja dalam rangka
mencapai tujuan bersama[1]. Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang
lain sehingga mau melakukan suatu tindakan dengan sukarela untuk mencapai
tujuan tertentu[2].
Menurut Hemphill, J. K, dan Coon
A. E, kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin
aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke satu tujuan yang ingin dicapai bersama[3].
Pendapat ini diperkuat oleh Tannenbaun, Weschler,
dan Masarik, kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi , yang dijalankan dalam
suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah
pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu[4].
Dari beberapa pandangan
kepemimpinan diatas, dapat diambil benang merah bahwa kepemimpinan adalah suatu
pengaruh sosial yang dalam hal ini perilaku yang disengaja dijalankan oleh
seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas serta hubungan di
dalam sebuah kelompok/organisasi atau lembaga pendidikan.
2. Gaya Kepemimpinan
Untuk
mengetahui kesuksesan pemimpin ialah mempelajari gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan sangat beragam, sehingga
melahirkan berbagai pendekatan. Efektivitas
kepemimpinan dapat diidentifikasi dari berbagai kriteria sesuai dengan gaya
kepemimpinan yang dipergunakan.
Menurut Rensis Likert dalam Sarbinor
Karim ada empat jenis gaya kepemimpinan, yaitu (a) gaya eksploratif-otoritatif,
pemimpin bersikap eksploitatif kepada anggota, dengan menciptakan ketakutan dan
juga ancaman hukuman kepada para anggota, dia melakukan komunikasi kesatu arah
saja, dan tidak pernah meminta keterlibatan anggota dalam mermuskan suatu
kebijakan, (b) gaya kepemimpinan "otoritatif yang baik hati" (benevolent
authoritative), pemimpin dengan gaya cenderung mengabaikan gagasan-gagasan
anggota, (c) gaya kepemimpinan konsultatif., pemimpin membuka partisipasi bagi
para anggota, tetapi dia sendirilah yang pada akhirnya membuat keputusan, (d)
gaya kepemimpinan partisipatif[5],
pemimpin memberikan kepercayaan penuh kepada anggota, dia memberi kepada para
anggotanya untuk menetapkan tujuan dan merencanakan kegiatan organisasi,
sehingga para anggota tersebut merasa bebas.
Menurut Hersey dan Blancard merumuskan empat gaya
kepemimpinan[6],
yaitu:
a.
Kepemimpinan partisipasi, adapun ciri-cirinya : -
Kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan antara pemimpin dan
bawahan dalam keadaan seimbang, - Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, - Komunikasi dua arah makin
meningkat, pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya, -
Keikutsertaan bawahan dalam memecahkan masalah dan pengambilan keputusan makin
bertambah, sebagai pemimpin berpendapat bahwa bawahan memiliki kecakapan dan
pengetahuan yang cukup untuk penyelesaian tugas.
b.
Kepemimpinan konsultasi, adapun ciri-cirinya: -
Pemimpin tipe ini masih memberikan direktif yang cukup besar serta menetapkan
keputusan-keputusan, - Pemimpin mau mendengarkan keluhan-keluhan dan perasaan
bawahan mengenai keputusan yang diambil, - Sementara bantuan terhadap bawahan
ditingkatkan, pelaksanaan atas keputusan tetap ada pada pemimpin.
c.
Kepemimpinan delegasi, adapun ciri-cirinya: -
Pemimpin mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan bawahan, dan
selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya kepada bawahan, -
Selanjutnya bawahan diberi hak untuk menentukan langkah-langkah bagaimana
keputusan dilaksanakan, - Bawahan diberikan wewenang menyelesaikan tugas-tugas
sesuai dengan keputusannya sendiri, sebab mereka telah dianggap memiliki
kecakapan dan dipercaya memikul tanggung jawab untuk mengerahkan dan mengelola
dirinya sendiri.
d.
Kepemimpinan
instruksi, adapun ciri-cirinya: - Memberi pengarahan secara spesifik tentang
apa, bagaimana, dan kapan kegiatan dilakukan, -Kegiatan lebih banyak diawasi
secara ketat, -Kadar direktif tinggi, -Kadar suportif rendah, - Kurang dapat
meningkatkan kemampuan pegawai, - Kemampuan motivasi pegawai rendah, tinggi
kematangan bawahan rendah.
Dari pandangan tentang gaya kepemimpinan diatas
kalau dianalisa bahwa gaya kepemimpinan partisipasi yang pas diterapkan agar
pengelolaan dan pelaksanaan roda organisasi atau lembaga pendidikan dapat
berjalan dengan optimal.
3. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan
kepala sekolah adalah cara atau usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi,
mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakan guru, staf, siswa, orang tua
siswa dan pihak terkait untuk bekerja atau berperan guna mencapai tujuan yang
ditetapkan. Cara
kepala sekolah untuk membuat orang lain bekerja untuk mencapai tujuan sekolah
meruapkan inti kepemimpinan kepala sekolah[7].
Banyak hal yang mempengaruhi
keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah, yaitu: - Kepribadian yang kuat, yaitu
pribadi yang percaya diri, berani, bersemangat, murah hati, dan memiliki
kepekaan sosial, - Memahami tujuan pendidikan dengan baik. Karena dengan pemahaman yang baik, kepala sekolah
dapat menjelaskan kepada guru, stafnya, murid-murid dan pihak terkait tentang
strategi pencapaian tujuan sekolah, - Memiliki pengetahuan yang luas. Kepala
sekolah harus memiliki pengetahuan yang luas tentang bidang tugasnya maupun
bidang lain yang terkait, - Memiliki ketrampilan profesional, yaitu ketrampilan
yang terkait tugasnya sebagai kepala sekolah yaitu; ketrampilan teknis
(menyusun jadwal pelajaran, memimpin rapat, melakukan supervisi), ketrampilan
hubungan kemanusiaan (memotivasi, mendorong guru dan staf untuk berprestasi),
ketrampilan konseptual (mengembangkan konsep pengembangan sekolah
mengidentifikasi dan memcahkan masalah serta mengantisipasi masalah yang akan
timbul dari semua kemungkinan), - Mampu meng-Inovasi pendidikan. Dengan inovasi
pendidikan, sekolah akan mengalami peningkatan prestasi akademik dan non
akademik.
Thomp
dalam Syafaruddin menjelaskan bahwa kepala sekolah adalah orang yang sangat
penting dalam sistem sekolah. Mereka
mengusahakan, memelihara aturan dan disiplin, menyediakan barang-barang yang
diperlukan, melaksanakan dan meningkatkan program sekolah, serta memilih dan
mengembangkan pegawai/personil[8].
Kepala
sekolah harus dapat memahami semua situasi yang ada di sekolah agar dia dapat
menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi sekolahnya. Karena itu,
menurut para ahli suatu gaya kepemimpinan yang dapat efektif untuk situasi
tertentu dan kurang efektif bagi situasi yang lain. Adapun gaya kepemimpinan
tersebut yaitu: partisipasi, instruksi, delegasi, konsultasi.
Kepemimpinan
pendidikan, seorang kepala sekolah mengorganisasikan sekolah dan personil yang
bekerja didalamnya ke dalam suatu situasi yang efisien, demokratis, dan
kerjasama institusional yang tergantung keahlian para pekerja. Di bawah kepemimpinannya, program pendidikan untuk
murid harus direncanakan, dirganisasi dan ditata.
Menurut Stoner dalam Wahjosumidjo
yang perlu dilaksanakan oleh kepala sekolah: - Kepala sekolah bekerja dengan
dan melalui orang lain (work with and trough other people), - Kepala
sekolah bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan ( responsible and
accountable), - Dengan waktu dan sumber terbatas seorang kepala sekolah
harus mampu menghadapi berbagai persoalan (managers balance competing goals
and set priorities), - Kepala sekolah harus berpikir secara analistik dan
konsepsional (must think analytically and conceptionally), - Kepala
sekolah sebagai juru penengah (mediators), - Kepala sekolah sebagai
politisi (politicians), - Kepala sekolah sebagai diplomat, - Kepala
sekolah berfungsi sebagai pengambil keputusan yang sulit (make difficult
decision)[9].
Hal ini dapat diambil benang merah bahwa kepala
sekolah secara teoritik bertanggung jawab atas penyelenggaraan sembilan program
pendidikan di sekolah.
Sementara kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan menekankan: (1) menstimulasi,
dan memotivasi staf untuk unjuk kerja secara maksimum, (2) bersama-sama dengan staf mengembangkan sistem
obyektif dan realistis tentang pertanggung jawaban belajar, (3) mengembangkan secara bersama-sama prosedur
perkiraan yang dapat dioperasionalkan untuk melaksanakan program belajar guna
mengidentifikasi dan meyakini alternatif perbaikan bagi bidang yang lemah bekerjasama staf dalam mengembangkan dan mengimplementasikan
evaluasi staf, (4) bekerja
dengan staf dalam memformulasikan rencana-rencana untuk mengevaluasi dan
melaporkan kemajuan murid, (5) menyediakan
saluran bagi keterlibatan masyarakat dalam operasi madrasah, mendorong terus menerus studi kurikuler dan inovasi
pembelajaran, (6) melengkapi
kepemimpinan siswa (organisasi siswa) dalam membantu mereka berkembang secara
bermakna dan bertanggung jawab, dan menetapkan
pusat sumber belajar dan memperlancar penggunaannya.
Peran
kepala sekolah dalam administrasi meliputi pertanggungjawaban pada guru dan
pekerja lainnya, masing-masing mempunyai tugas yang ditetapkan secara khusus.
Sedangkan tugas kepala sekolah mengkoordinasi, mengarahkan, dan men-suport
kerja guru dan staf adalah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mengevaluasi
unjuk kerja memberi sumber daya yang dibutuhkan, membangun iklim psikologis
yang mendukung, melibatkan diri terus menerus dengan orang tua, merencanakan
menjadwal kegiatan, menertibkan tata buku, menyelesaikan konflik guru, menangani
problem murid, berhubungan kantor pusat kepala sekolah, dan membantu yang lain
untuk menjaga perselisihan. Tugas
kepala sekolah adalah peran administrasi daripada kepemimpinan. Administrasi menurutnya, merujuk pada perilaku rutin
yang dikaitkan dengan tugas kepala sekolah.
Peran
administrasi kepala sekolah adalah peran administrasi daripada kepemimpinan. Administrasi menurutnya, merujuk pada perilaku rutin
yang dikaitkan dengan tugas kepala sekolah. Peran administrasi dan kepemimpinan kepala sekolah
ini sulit dipisahkan keduanya merupakan komplemen yang saling menyeimbangkan. Keberhasilan kepala sekolah dalam kepemimpinan dan
administrasi memiliki satu arah dan tujuan yaitu the improvement of teaching
and learning for students.
Keberhasilan
kepemimpinan kepala sekolah dipengaruhi oleh gaya pemimpin terhadap bawahan
(guru). Gaya
kepemimpinan tersebut, dapat dijelaskan dalam teori path-goal, yaitu
gaya pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan[10].
Fungsi memotivasi dari pemimpin tersebut terdiri atas
bertambahnya keuntungan (payoff) pribadi bawahan bagi pencapaian
kerja-tujuan dan membuka jalan agar keuntungan tersebut menjadi lebih mudah
dijalankan dengan memperjelasnya, mengurangi halangan-halangan dan
perangkap-perangkap di jalan, serta meningkatkan peluang bagi kepuasan pegawai
terhadap pemimpin tersebut. Para
pemimpin juga mempengaruhi kepuasan dari bawahan, khususnya dengan pemimpin
tersebut.
Beberapa pernyataan tentang
kepemimpinan kepala sekolah tersebut dapat diambil benang merah bahwa gaya pemimpin
terhadap bawahan (guru) sangat menentukan keberhasilan dalam mengembangkan
sebuah institusi yang baik dan kualitas. Komitmen,
dukungan dari pemimpin dan bawahan adalah kunci keberhasilan seorang pemimpin
dalam menjalankan roda kepemimpinannya.
4. Konsep Inovasi Pendidikan
Pengertian Inovasi
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia, inovasi ialah pemasukan atau pengenalan hal-hal
baru; pembaharuan, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang
sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode atau alat)[11].
Menurut
Miles dalam Soemanto, inovasi ialah macam-macam “perubahan” genus. Inovasi sebagai perubahan disengaja, baru, khusus
untuk mencapai tujuan-tujuan sistem. Jadi
perubahan ini dikehendaki dan direncanakan[12].
Definisi inovasi diatas, oleh
menurut para ahli tidak ada perbedaan mendasar tentang pengertian inovasi
antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, dapat diambil benang merah bahwa
inovasi ialah suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang-barang
buatan manusia, yang diamati atau dirasakan sebagai suatu yang baru bagi
seseorang atau kelompok orang (masyarakat). hal yang baru itu dapat berupa hasil invensi atau
diskoveri yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dan diamati sebagai
sesuatu yang baru bagi seseorang atau kelompok masyarakat. jadi inovasi adalah bagian dari perubahan sosial.
Dari
pandangan tersebut dapat diambil benang merahnya bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam
bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. jadi inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang,
metode yang dirasakan atau diamati
sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik
berupa hasil invensi atau discoveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.
Inovasi
pendidikan tidak datang dengan sendirinya, kita harus mengupayakannya. Kalau
tidak, pendidikan kita akan tertinggal oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang cepat ini. Menurut Nisbet
dalam Cece Wijaya, dkk bahwa inovasi pendidikan harus dapat melewati empat
tahapan[13]
:
1.
The increase in work load (pertambahan beban
kerja) artinya inovasi dan eksperimen harus sudah dipikirkan jauh
sebelumnyaagar bisa menggantikan hal yang sudah usang, bukan pada waktu krisis
sedang menimpa, baru sibuk mencari jawabannya.
2.
Mempersiapkan diri dengan mempertinggi keahlian
dalam rangka Loss of confidence (kehilangan kepercayaan), artinya guru
harus menerima dan mengembangkan ide-ide baru, sehingga tidak canggung dan
berdiam diri.
3.
The period of confusion (masa
kacau) artinya sebelum arah inovasi yang diserap jelas tujuannya, bisa saja
timbul kekacauan, tetapi dalam hal ini masih dalam batas-batas yang dapat
ditanggung oleh para pengajar.
4.
The Blacklash, artinya apabila ada kasus-kasus
yang timbul, misalnya rumus evaluasi hendaknya dipecahkan menurut upaya
inovasi.
Inovasi
termasuk bagian dari perubahan sosial, dan inovasi pendidikan merupakan bagian
dari perubahan sosial. Dalam
rangka peningkatan peningkatan kwalitas sekolah, inovasi pendidikan adalah
keharusan. Oleh karena itu, Inovasi pendidikan harus didukung oleh seluruh
komponen sekolah, yaitu: kepala sekolah, guru, staf, karyawan, murid, komite
sekolah. Diantara
komponen sekolah yang paling mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan inovasi
pendidikan adalah kepala sekolah.
Peran Kepala Sekolah Dalam Melaksanakan Inovasi
Pendidikan
Kepala sekolah merupakan top leader dari suatu
lembaga pendidikan. Kebijakan
yang diputuskan merupakan hal yang strategis dalam keberhasilan sekolah. Kepala
sekolah seharusnya orang yang memiliki kecerdasan, kekreatifan, dan visi dan
tujuan ke depan dalam rangka menatap realitas masyarakat yang semakin global. Menurut pandangan Gorton, kepala sekolah adalah agen
pembaharu, sangat penting dalam inovasi pendidikan[14].
Tugas pokok dalam inovasi pendidikan adalah menilai efektivitas program,
mengkaji, mengembangkan dan mengimplementasikan program pengembangan madrasah.
Hal ini dapat dipahami bahwa
pimpinan atau kepala sekolah adalah top leader dari suatu lembaga pendidikan.
Sebagai pemimpin harus memberikan hal yang terbaik bagi pengembangan dan
peningkatan kualitas pendidikan yang dipimpin, yaitu: ide-ide inovasi,
keteladanan, disiplin, berwibawa, melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dan
bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Oleh sebab itu, kepala sekolah
menjalankan dua belas langkah;
a.
Kepala
sekolah sebelum melangkah lebih jauh perlu tahu tugasnya sendiri. Tugas pokok
tersebut menjadi pedoman untuk melaksanakan kegiatan sehingga tidak menyimpang
dari tugas pokoknya. Andaikata
ada penyimpangan, akan cepat kembali kepada tugas pokoknya sebagai rujukan.
b.
Tahu jumlah pembantunya. Hal ini sangat perlu
terutama untuk pembagian tugas secara adil. Sebab pemimpin yang disenangi atau
disukai, bila salah satu tidak masuk, maka tugasnya dapat dilimpahkan kepada
yang lain sehingga tidak sampai merugikan madrasah.
c.
Tahu
nama-nama pembantunya. Orang akan
lebih cepat datang bila dipanggil nama pribadinya.
d.
Tahu tugas masing-masing pembantunya. Hal ini
memudahkan sistem kontrol, bila terjadi hal-hal yang diinginkan.
e.
Memperhatikan terhadap kehadiran para pembantunya.
Kepala madrasah perlu jeli terhadap kehadiran pembantunya. Hal ini sangat
dimungkinkan ketidakhadirannya memerlukan pertolongan atau bantuan karena salah
satu keluarganya kena musibah.
f.
Memperhatikan peralatan pembantunya. Alat kerja
yang baik dapat membantu kelancaran pekerjaan.
g.
Menilai pembantunya. Menilai pembantu bukan berarti
mencari kesalahan. Hasil dari penilaian tersebut, kepala madrasah akan mudah
memberikan tugas sesuai dengan kemampuannya dan memberikan prioritas mana yang
perlu diberi bimbingan.
h.
Mengambil tindakan-tindakan. Kepala madrasah yang
bertanggung jawab tidak membiarkan pembantunya atau stafnya yang menyeleweng.
i.
Memperhatikan karier pembantunya. Hal ini sangat
diperlukan agar karier pembantunya tidak terhambat, malah semakin meningkat.
j.
Memperhatikan kesejahteraan, baik dirinya dan
stafnya.
k.
Menciptakan suasana kekeluargaan
l.
Memberikan laporan kepada atasannya. Hal ini
dimaksudkan agar kepala madrasah cepat mengetahui apa yang terjadi, bila perlu
segera mengambil tindakan.
Disamping
itu Ibrahim berpandangan bahwa, peran kepala sekolah dalam melaksanakan inovasi
pendidikan[15],
adalah : (a) Merumuskan
tujuan umum dan tujuan khusus inovasi pendidikan yang akan dilaksanakan dengan
rumusan yang jelas, (b) Mengidentifikasi
masalah, (c) Menentukan
kebutuhan, (d) Mengidentifikasi
sumber penunjang dan penghambat, (e) Menentukan
alternatif kegiatan berdasarkan faktor penunjang yang ada serta
mempertimbangkan adanya hambatan yang mungkin timbul baik dari dalam sistem
(madrasah) maupun dari luar sistem (masyarakat), (f) Menentukan alternatif pemecahan masalah, (g) Menentukan alternatif cara pendayagunaan sumber
yang ada, (h) Menentukan kriteria untuk memilih alternatif
pemecahan masalah, (i) Menetukan
alternatif pengambil keputusan, (j) Menentukan
kriteria untuk menilai hasil inovasi pendidikan berdasarkan tujuan umum dan
tujuan khusus yang telah ditentukan.
Bentuk-bentuk inovasi yang dilaksanakan oleh kepala
sekolah adalah:
Inovasi
Fisik
a.
Kurikulum
Inovasi/pembaharuan kurikulum yang dilakukan oleh
Kepala sekolah adalah modifikasi kurikulum, yaitu menambah jam pelajaran 45 jam
permingu menjadi 48 jam. Atau 70 % ilmu umum harus dibaca 100 % dalam proses
pelaksanaan pengajarannya. Hal ini dilakukan oleh kepala sekolah agar tidak
kalah dengan sekolah lain, siswa dapat memahami ilmu umum dan ilmu agam secara
seimbang. Disamping itu juga menerapkan integrated learning, dan integrated
curriculum. Integrated
learning adalah pengintegrasian materi-materi agama ke dalam materi umum. Integrated curriculum adalah penerapan perpaduan
antara pelajaran umu dengan agama. Dengan
upaya pengintegrasian tersebut, siswa mengalami peningkatan kualitas
pendidikan, baik dari aspek kualitas akademik dan aspek psikis dengan meningkatnya
moralitas anak. Jadi
adanya keseimbangan antara pemahaman ilmu umum dan pemilikan akhlaq.
b.
Inovasi Sarana dan prasarana
Inovasi pengelolaan sarana dan prasarana dapat
terwujud melalui kerjasama sekolah dengan orang tua siswa (komite sekolah),
misalnya membangun gedung, LAB bahasa, LAB IPA, komputerisasi, dan lain-lain.
c.
Inovasi Pengelolaan Keuangan
Ide gagasan inovasi pengelolaan keuangan dengan
konsep open management yang datang dari kepala sekolah kepada bawahan
harus ditangkap secara matang dalam proses mengambil kebijakan demi lancarnya
proses pembelajaran di sekolah. Proses pengelolaan keuangan di sekolah dapat
melalui dua tahapan yaitu, tahapan penerimaan yang khusus dipegang satu orang,
tahapan pengeluaran dipegang dan dikontrol satu orang. Proses pembelanjaan
keuangan, dipasrahkan kepada guru dan karyawan. Sebagai bukti laporan menyerahkan secara rasional
dan profesional.
Dari uraian di atas, bahwa konsep
inovasi pengelolaan keuangan, menggunakan konsep self managing school
sebagai pengejawantahan manajemen berbasis sekolah[16]
(Fattah: 7-8), yaitu pelibatan pada bawahan untuk mengelola
keuangan sebaik mungkin.
d.
Inovasi Strategi Pembelajaran
Inovasi strategi pembelajaran yang dilaksanakan
diantaranya, yaitu team teaching, guru bidang studi, class grouping,
rotation class, bimbingan ebtanas, pondok ebtanas, penggunaan 101
strategi pembelajaran.
Inovasi
non Fisik
a.
Pengelolaan siswa
Dalam konsep inovasi, bahwa siswa merupakan faktor
internal yang mempengaruhi keberhasilan inovasi pendidikan. Siswa terlibat
langsung dalam proses belajar mengajar di sekolah. Inovasi pengelolaan siswa
dapat dimulai dari penerimaan siswa baru, yaitu melalui seleksi yang matang
tidak asal terima, kemudian digodok melalui proses belajar mengajar yang
berkwalitas sehingga menghasilkan out put (lulusan yang kwalitas).
b.
Pengelolaan tenaga guru
Proses inovasi pengelolaan guru
merupakan salah satu kunci keberhasilan (key to succesfullnes) sekolah,
sebab guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang mempengaruhi
keberhasilan dalam institusi pendidikan. Untuk itu,
diperlukan profesionalisasi guru dibidang pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Profesionalisasi guru diperlukan untuk melangsungkan proses inovasi di sekolah.
Kecerdikan, kekreatifan, dan memiliki etos dan
komitmen yang tinggi tumbuh berkembang secara personal profesional merupakan
sikap inovatif yang dibutuh-kan pula untuk melaksanakan inovasi pendidikan
sekolah.
c.
Pengelolaan hubungan masyarakat
Konsep school based management
(manajemen berbasis sekolah) yang diterapkan di sekolah, salah satunya
proses pelibatan orang tua siswa terhadap keputusan lembaga, menumbuhkan rasa
memiliki "mutual support". Masyarakat saling mendukung keputusan yang telah
dicapai bersama bahkan bertanggung jawab atas maju tidaknya sekolah. Sehingga masyarakat menaruh kepercayaan, harapan
yang tinggi terhadap sekolah.
Kesimpulan
Kepemimpinan
kepala sekolah adalah cara atau usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi,
mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakan guru, staf, siswa, orang tua
siswa dan pihak terkait untuk bekerja atau berperan guna mencapai tujuan yang
ditetapkan. Cara
kepala sekolah untuk membuat orang lain bekerja untuk mencapai tujuan sekolah
merupakan inti kepemimpinan kepala sekolah.
kepala sekolah dapat berhasil melaksanakan inovasi
pendidikan tergantung gaya kepemimpinannya. Adapun gaya kepemimpinan kepala sekolah, adalah:
partisipasi, konsultasi, delegasi, instruksi. Namun diantara gaya kepemimpinan
yang tepat untuk diterapkan dalam melaksanakan inovasi pendidikan adalah
partisipasi.
Adapun bentuk-bentuk inovasi pendidikan yang
dilaksanakan kepala sekolah adalah 1. Inovasi fisik: inovasi kurikulum, sarana
dan prasarana, pengelolaan keuangan, strategi pembelajaran, 2. Inovasi non
fisik: pengelolaan siswa, pengelolaan guru, pengelolaan hubungan masyarakat.
Daftar Pustaka
Burhanuddin, 2002. Manajemen Pendidikan: Wacana
Proses dan Aplikasinya di Sekolah. Malang: Universitas Negeri
Malang,
Syafaruddin, 2005. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Press
Hemphill, J. K, dan Coon A. E, 1957. Development of the Leader Behavior Description Ouestionnaire.
In R. M. Stogdill and A.E. Coon (Eds), Leader Behavior: Its Description and
Measurement. Columbus, Ohio: Bureau of Business Research, Ohio State University
Tannenbaun, Weschler, dan Massarik.
F,1961. Leadership
and Organization. New York:
McGraw-Hill
Sarbinor Karim, 2003 (ed), Awang
Faroek Ishak di Mata Para Sahabat. Jakarta: Indomedia
Wahjosumidjo, 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tijauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta:
Raja Grafindo Persada
G. Yukl, 1994. Leadhership in Organization. Englewood Cliff, Nj: Prentice
Hall, 2nd ed
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
W. Soemanto, 1980. Petunjuk Untuk Pembinaan Pendidikan.
Surabaya – Indonesia: Usaha Nasional
Cece Widjaya (ed), 1988. Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran, Bandung: Rosda Karya
R. A. Gorton, 1976. School Administration Challenge and Opportunity For Leadership.
New York: Win. C. Brown Company Publisher
Ibrahim, 1998. Inovasi
Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Dikti, Proyek Pengembangan Tenaga
Kependidikan
Nanang Fattah, 2000. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung:
CV. Andria,
[1] Burhanuddin,
Manajemen Pendidikan: Wacana Proses dan Aplikasinya di Sekolah, (Malang:
Universitas Negeri Malang, 2002), h. 134
[2]
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam,
(Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 156
[3]
Hemphill, J. K, dan Coon A. E, Development of the Leader
Behavior Description Questionnaire. In R. M. Stogdill and A.E. Coon (Eds), Leader
Behavior: Its Description and Measurement. (Columbus, Ohio: Bureau of
Business Research, Ohio State University, 1957), h. 2
[4]
Tannenbaun, Weschler, dan Massarik. F, Leadership and
Organization, (New York: McGraw-Hill, 1961), h. 24
[5]
Dapat dilihat dalam paparan yang diulas oleh Sarbinor Karim,
(ed), Awang Faroek Ishak di Mata Para Sahabat, (Jakarta: Indomedia,
2003), h. 85-86
[6] Ibid
[7]
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, op. cit,
h. 164
[8]
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, op. cit,
h. 164
[9]
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tijauan
Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h. 33
[10]
G. Yukl, Leadhership in Organization, (Englewood Cliff, Nj: Prentice
Hall, 2nd ed, 1994), h. 241
[11]
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 541
[12]
W. Soemanto, Petunjuk Untuk Pembinaan Pendidikan,
(Surabaya – Indonesia: Usaha Nasional, 1980), h. 62
[13]
Cece Widjaya (ed), Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan
Pengajaran, (Bandung: Rosda Karya, 1988), h. 5
[14]
R. A. Gorton, School Administration Challenge and
Opportunity For Leadership, (New York: Win. C. Brown Company
Publisher, 1976), h. 215
[15]
Ibrahim, Inovasi Pendidikan (Jakarta: Depdikbud
Dikti, Proyek Pengembangan Tenaga Kependidikan, 1998), h. 172
[16]
Nanang Fattah, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung:
CV. Andria, 2000), h. 7 - 8
<div style="text-align: left;">
<span ></span></div>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar