A.
Pendahuluan
Di dalam suatu penelitian ilmiah,
agar data yang kita kumpulkan menjadi valid, maka kita harus mengetahui
bagaimana cara-cara pengumpulan data dalam research itu, sehingga data yang
kita peroleh dapat menjadi pendukung terhadap kebenaran suatu konsep tertentu.
Instrumen itu alat, sehingga instrumen penelitian itu alat yang digunakan dalam
penelusuran terhadap gejala-gejala yang ada dalam suatu research guna
membuktikan kebenaran atau menyanggah suatu hipotesa-hipotesa tertentu.
Menyusun instrumen merupakan suatu
proses dalam penyusunan alat evaluasi karena dengan mengevaluasi kita akan
memperoleh data tentang objek yang diteliti.
Oleh karena itu, menyusun instrumen
merupakan langkah penting dalam prosedur
penelitian yang tak dapat dipisahkan antara yang satu terhadap yang lainnya.
Hal ini dilakukan karena untuk
menjaga kesinambungan data yang dikumpulkan dengan pokok permasalahan yang
dibuat dalam rangka pengujian terhadap hipotesis-hipotesis yang dibuat.
Atas dasar itu, penulis dapat menemukan problematika pokok dalam pembahasan
makalah ini, yaitu :
1.
Apakah definisi
instrumen pengumpulan data itu ?
2.
Jenis instrumen
apa sajakah yang dipergunakan dalam suatu penelitian ?
3.
Bagaimana cara
menyusun instrumen penelitian itu ?
4.
Teknik apa yang
digunakan dalam pengumpulan data?
B.
Pembahasan
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada relevansinya dengan instrumen penelitian,
dapat saya kemukakan beberapa hal
sebagai berikut :
1.
Definisi
Instrumen Pengumpulan Data
Menurut Sumadi Suryabrata ( 2008 :
52 ) mendefisikan bahwa Instrumen Pengumpulan data adalah alat
yang digunakan untuk merekam –pada umumnya secara kuantitatif[1].
Menurut Suharsimi Arikunto
(2000:134) mendefinisikan bahwa Instrumen Pengumpulan Data
adalah alat bantu
yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan
agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya[2].
Yang disebut sistem, menurut Prajudio Atmosudirdjo sebagaimana dikutif oleh
Aceng Muhataram Mirfani ( 2011 : 167 ) adalah seperangkat komponen yang terdiri
dari dua atau lebih, yang saling berhubungan dan saling ketergantungan satu
sama lain untuk mencapai tujuan bersama[3].
Sedangkan menurut Ibnu Hajar (1996 :
160 ), Instrumen Pengumpulan Data adalah merupakan alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variabel yang karakteristik dan
objektif[4].
Dari uraian beberapa pakar di atas, dapat penulis ambil
suatu generalisasi bahwa Instrumen Pengumpulan data adalah alat bantu
yang digunakan dalam sebuah research untuk mengumpulkan aneka ragam informasi
yang diolah secara kuantitatif dan
disusun secara sistematis.
2.
Jenis
Instrumen Pengumpulan data
Instrumen yang dipergunakan dalam
upaya pengumpulan data suatu penelitian itu harus memperhatikan validitas dan
reliabelitas, karena sesungguhnya data yang baik adalah data yang valid dan
reliable.
Menurut
Sukidin, dkk (2010:100) berpendapat bahwa Instrumen Valid adalah instrumen yang
mampu mengukur apa yang seharusnya diukur misalnya bahwa penggaris adalah alat
yang valid untuk mengukur panjang, bukan untuk mengukur berat. Sedangkan
instrumen reliable adalah instrumen yang konsisten (tepat/akurat) dalam
mengukur yang seharusnya diukur[5].
Menurut
Sutrisno Hadi, bahwa yang menjadi instrumen yang valid itu memenuhi persyaratan
sebagai berikut : (1) pengukuran dengan alat pengukur yang lain sebagi
prediktor, (2) adanya standisasi group tertentu untuk mengadakan observasi
sebagai sebuah kriterium, (3) diselidiki ada atau tidaknya kecocokan antara hasil
prediktor dengan hasil kriterium[6].
Menurut
Prof. DR. Punaji Setyosari, M.Ed (2012 : 205) berpendapat bahwa validitas
terbagi menjadi 2 (dua) yaitu : (1) validitas logis, yakni diperoleh dengan
usaha yang sangat hati-hati sehingga secara logika instrumen itu dicapai
menurut validitas yang dikehendaki, (2) validitas empiris, yaitu validitas yang
diperoleh berdasarkan pengalaman[7].
Berdasarkan
pendapat para ahli diatas, dapat dikatakan bahwa di dalam penyusunan instrumen
pengumpulan data suatu penelitian, data yang dihasilkan nanti harus mempunyai
kebenaran yang dapat diukur serta mempunyai konsistensi kebenaran terhadap
suatu objek sehingga adanya relevansi antara hipotesa dan kenyataan yang
diperoleh melalui pengalaman secara optimal yang dengannya kesahihan penelitian
dapat diterima secara logis oleh akal.
Jenis
instrumen pengumpulan data, disebut juga alat evaluasi. Menurut Mulyasa, secara
garis besar terbagi menjadi dua macam, yaitu : (1)Instrumen Tes, (2) Instrumen
Non Tes[8].
Instrumen
tes merupakan serentetan
pertanyaan, lembar kerja atau sejenisnya yang dapat dipergunakan untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari subjek penelitian. Lembar
instrumen berupa tes ini berisi soal-soal tes yang terdiri dari butir-butir
soal, baik itu yang ada pada angket, observasi atau wawancara. Contohnya adalah
tes formatif, baik yang bersifat objektif (multiple choice) atau Essay.
Sedangkan instrumen non tes
merupakan instrumen yang berupa selain dari pada bentuk
pertanyaan-pertanyaan, tetapi biasanya berupa dokumentasi sebagai portofolio,
dan menurut Juliansyah Noor (2012 : 141) ditambahkan dengan Focus Group
Discussion (FGD) yaitu teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada
penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut
pemahaman sebuah kelompok [9].
3.
Cara
Menyusun Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen memegang peranan penting
dalam suatu penelitian. Mutu penelitian sangat dipengaruhi oleh Instrumen
penelitian yang digunakan, karena kevalidan dan kesahihan data yang diperoleh
dalam suatu penelitian dsangat ditentukan oleh tepat tidaknya dalam memilih
instrumen penelitian. Instrumen atau alat pengumpul data adalah suatu
alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Data
tersebut dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian.
Untuk mengumpulkan data dalam suatu
penelitian kita dapat menggunakan istrumen yang telah tersedia dan dapat pula
menggunakan instrumen yang dibuat sendiri (Idrus Austam, 1996).
Penggunaan instrumen yang telah tersedia adalah instrumen yang sudah ditetapkan
atau dibakukan untuk mengumpulkan data variabel penelitian yang telah
ditentukan. Akan tetapi jika istrumen baku belum tersedia untuk variabel
tertentu dalam penelitian tersebut maka peneliti dapat menyusun sendiri
instrumen yang yang akan digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.
Menyusun instrumen pengumpulan
data penelitian dilakukan setelah peneliti memahami betul apa yang
menjadi variabel penelitian. Pemahaman Peneliti terhadap variabel dan hubungan
antar variabel akan mempermudah peneliti dalam menentukan dan menyususn
intrumen penelitian yang akan digunakan. Setelah memahami variabel peneliti
dapat menyusun instrumen untuk dapat menjabarkan kedalam bentuk sub
variabel, indikator, deskriptor dan butir-butir pertanyaan dan angket
dalam daftar cocok atau pedoman observasi. Dengan demikian maka instrumen
penelitan menajdi hal penting untuk menjaga agar penelitian yang dilakukan
tersebut bermutu dan berkualitas.
Hal
yang terkait jika membicarakan tentang instrumen penelitian adalah tekhnik
pengumpulan data penelitian. Jika instrumen penelitian adalah alat bantu yang
digunakan dalam penelitian maka tekhnik pengumpulan data adalah merupakan cara
atau prosedur yang ditempuh untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam
penelitian. Kedua hal tersebut yaitu instrumen penelitian dan tekhnik
pengumpulan data adalah merupakan dua hal yang sangat mempengaruhi kualitas
data yang diperoleh peneliti dalam suatu penelitian. Sehingga kulaitas data yang
dikumpulkan mempengruhi kualitas dan keabsahan serta ketepatan kesimpulan yang
diperoleh peneliti setelah melakukan penelitian
4. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
Pada bagian ini akan dibahas tentang teknik yang akan
digunakan dalam pengumpulan data. Sebagaimana diketahui bahwa penelitian
menurut jenis data dan analisisnya maka penelitian ada dua bentuk penelitian,
yaitu; penelitian kuantitatif dan
penelitian kualitatif.
Penelitian
kuantitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan
istrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan[10].
Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel
sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal,
analisis bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian lebih menekankan
makna atau data sebenarnya.[11]
Mengingat
bentuk penelitian yang banyak dilakukan di lingkungan Pasca Sarjana IAIN Raden
Fatah Palembang adalah penelitian kualitatif, maka penulis akan menguraikan
penjelasan dalam makalah ini, pada bagian instrumen pengumpulan data dalam bentuk
penelitian kualitatif saja. Dalam penelitian ada banyak instrumen atau teknik
yang dapat digunakan dalam mengumpulkan data, namun dalam penelitian
kualitatif, dominan yang banyak digunakan oleh peneliti ada 4 (empat) macam
teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan
gabungan/triangulasi. Perhatikan diagram berikut:
Macam Teknik Pengumpulan
Data
|
Observasi
|
Wawancara
|
Dokumentasi
|
Triangulasi/
Gabungan
|
Gambar 1 Macam-macam Teknik
Pengumpulan Data
a. Pengumpulan data dengan observasi
1)
Macam-macam observasi
Nasution
(1998) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para
ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Mursall (1995) menyatakan bahwa “through
observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to
those behavior”melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna
dari perilaku tersebut.
Sanafiah
Faisal (1990) membedakan observasi menjadi observasi berpartisifasi
(participant observastion), Observasi secara terang-terangan dan tersamar
(overt observastion and covert observastion), observasi yang tak berstruktur
(unstruktured observation),[12]
masing-masing tipe dan jenis observasi tersebut digunakan sesuai dengan
karakteristik objek material sumber data penelitian.
a) Observasi Partisipatif (participant observastion).
Observasi
partisipatif merupakan seperangkat strategi dalam penelitian yang tujuannya
adalah untuk mendapatkan data yang lengkap. Hal ini dilakukan dengan
mengembangkan keakraban yang dekat dan mendalam dengan satu kelompok orang
dilingkungan alamiah mereka. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan sejumlah
tujuan dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari objek yang sedang di
telitinya.[13]
Susan
Stainback (1998), menyatakan bahwa “in participant observation, the
researcher observes what people do, listen to what they say, and participates
in their activities”. Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa
yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi
dalam aktivitas mereka.[14]
Dalam
observasi partisipatif terdapat beberapa kategori peran partisipan yang terjadi
di lapangan penelitian kualitatif. Menurut Junker terdapat beberapa macam
kategori peran partisipan dilapangan yaitu:
1.Peran
serta lengkap, yaitu peran pengamat dalam hubungan ini menjadi anggota penuh
dari yang diamati. Pengamat akan memperoleh informasi tentang apapun dari yang
diamati, termasuk yang barang kali yang dirahasiakan. 2.Peran serta sebagai
pengamat, yaitu peneliti dalam hubungan ini berperan sebagai pengamat (ply on
the wall). Statusnya sebagai anggota dalam hubungan ini sebenarnya hanya
sebatas pura-pura saja, sehingga tidak melebur secara fisik maupun psikis dalam
pengertian yang sesungguhnya.3.Pengamat sebagai pemeranserta, dalam hubungan
ini peneliti sebagai pengamat ikut melakukan apa yang di lakukan oleh nara
sumber sebagai yang teramati meskipun belum sepenuhnya. 4.Pengamat penuh, dalam
hubungan ini kedudukan pengamat dan yang diamati terpisah, informasi diteruskan
satu arah saja, sehingga subjek tidak merasa diamati[15].
b) Observasi terus terang atau tersamar
Pada
uraian di atas telah dijelaskan bahwa ciri penelitian kualitatif diantaranya
adalah untuk menemukan dan mengungkap fakta yang ada di lapangan secara alamiah
(natural setting). Konsekuensinya peneliti harus secara cermat dan bijaksana
menerapkan teknik pengumpulan data di lapangan pada nara sumber, agar
benar-benar data diperolehnya bersifat alamiah.
Oleh
karena itu dalam observasi peneliti dalam pengumpulan data “menyatakan terus
terang kepada sumber data (kepada masyarakat yang ditelitinya, bahwa peneliti
sedang melakukan observasi dalam penelitian”.[16]
Pada tipe ini semua proses yang dilakukan oleh peneliti diketahui semuanya oleh
orang yang diteliti. “Tapi dalam suatu saat peneliti tidak terus terang atau
tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari
merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan
terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi[17].
c) Observasi tak berstruktur
Dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak
terstruktur, karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi akan
berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Kalau masalah penelitian
sudah jelas seperti dalam penelitian kuantitatif, maka observasi dapat
dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi.
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan di observasi. Hal ini
dikarenakan peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati.
Dalam melaksanakan penelitian tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tapi
hanya berupa rambu-rambu pengamatan[18].
Selanjutnya Spradley (1980) mengatakan dalam penelitian
kualitatif memiliki tahapan dan objek yang observasi. Tahapan observasi, yaitu;
Observasi deskriftif, Observasi terfokus, dan Observasi terseleksi[19].
Dan objek yang diobservasi adalah ruang (tempat), pelaku (aktor) dan kegiatan
(aktivitas)[20].
Dari ketiga objek tersebut dapat dikembangkan lagi menjadi
beberapa item pokok, yaitu; Ruang (tempat) dalam asfek fisiknya; Pelaku yaitu
semua orang yang terlibat dalam situasi; Kegiatan, yaitu apa yang dilakukan
orang dalam situasi itu; Objek, yaitu benda-benda yang terdapat di tempat itu;
Perbuatan, yaitu tindakan-tindakan tertentu; Kejadian atau peristiwa, yaitu
rangkaian kegiatan; Waktu, yaitu menyangkut urutan kegiatan, tujuan, yaitu apa
yang ingin dicapai dan emosi; Perasaan yang dirasakan dan dinyatakan.[21]
b.
Teknik pengumpulan data
dengan wawancara
Dalam wawancara kita kita dihadapkan kepada dua hal. Pertama,
kita harus mengadakan interaksi dengan responden. Kedua, kita menghadapi
kenyataan, adanya pandangan orang lain yang kita hadapi ialah bagaimana cara
berinteraksi dengan orang lain, dan bagaimana kita mengolah pandangan yang
mungkin berbeda itu.
Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut: “a
meeting of two persons to exchange information and idea through question and
responses, resulting in-communication and joint construction of meaning about a
particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam topik tertentu[22].
Menurut Mishler (1986:82), ia mengungkapkan tentang wawancara
lapangan adalah
The
field interview is a joint production of researcher and a member. Member are
active participant whose insights, feelings, and cooperation are essential part
of a discussion process that reveals subjective meanings. The interviewer's
presence and from of involvement how she or he listens, attends, encourages,
interrupts, digresses, initiates topics, and terminates responses-is integral
to the respondent's account.[23]
Wawancara lapangan
adalah produksi bersama peneliti dan anggota. Anggota
adalah peserta aktif yang wawasan, perasaan,
dan kerjasama merupakan bagian penting dari proses diskusi
yang mengungkapkan makna subjektif. Kehadiran pewawancara
dan dari keterlibatan bagaimana dia atau dia mendengarkan,
menghadiri, mendorong, menyela, digresses, memulai
topik, dan berakhir tanggapan-merupakan bagian integral ke rekening responden.
1)
Macam-macam
Interview/wawancara.
Esterberg (2002) mengemukakan beberapa macam
wawancara, yaitu; Wawancara terstruktur (structured interview); Wawancara
semiterstruktur (semistructure Interview); Wawancara tak berstruktur
(unstructured Interview)[24].
2)
Langkah-langkah
wawancara.
Lincoln and Guba dalam Sanapiah Faisal,
mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara unyuk mengumpulkan
data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
a)
Menetapkan kepada siapa wawancara
itu akan dilakukan
b)
Menyimpan pokok-pokok masalah yang
akan menjadi bahan pembicaraan
c)
Mengawali atau membuka alur
wawancara
d)
Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil
wawancara dan mengakhirinya
e)
Menuliskan hasil wawancara ke
dalam catatan lapangan
f)
Mengidentifikasikan tindak lanjut
hasil wawancara yang telah diperoleh[25].
3)
Isi wawancara
Beberapa
jenis yang dapat dinyatakan dalam wawancara adalah:
(a) Pengalaman dan perbuatan responden, yaitu apa yang telah
dikerjakannya atau yang lazim dikerjakannya
(b) Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau perkiraanya
tentang sesuatu,
(c) Perasaan, respons emosional, apakah ia merasa cemas, takut,
senang, gembira,curiga, jengkel dan sebagainya tentang sesuatu.
(d) Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahuinya tentang sesuatu.
(e) Penginderaan, apa yang dilihat, didengar, dirabah, dikecap atau
diciumnya, diuraikan secara deskriptif.
(f) Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat
tinggal, keluarga dan sebagainya[26].
Beberapa
aspek di atas dipersiapkan agar dapat mengantisipasi kekosongan terhadap
sesuatu yang hendak ditanyakan. Materi pertanyaan dapat melingkupidimensi
waktu, seperti tentang apa-apa yang dikerjakan responden di masa lampau,
sekarang dan akan datang. Dan pada intinya pertanyaan-pertanyaan yang
dirumuskan harus berpedoman pada arah penelitian atau harus sesuai dengan tujuan
penelitian.
4) Alat-alat wawancara
(a) Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua pembicaraan atau
percakapan dengan sumber data, sekarang sudah banyak komputer-komputer kecil,
notebook yang dapat digunakan untuk mencatat hasil pembicaraan.
(b) Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau
pembicaraan. Penggunaan tape recorder dalam wawancara perlu memberi tahu kepada
informan boleh atau tidak.
(c) Camera: untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan
pembicaraan dengan informan/sumber data. Dengan adanya foto=foto in i dapat
meningkatkan keabsahan penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti
betul-betul melakukan pengumpulan data[27].
c. Teknik pengumpulan data dengan dokumen
Dokumen
adalah merupakan catatan peristiwa yangtelah lalu. Dokumen dapat berbentuk
tulisan, gambar, atau karya menumental dari seseorang lainnya. Dokumen yang
berbentuk tulisan, misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories),
cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya
foto, gambar hidup, sketsa, film, video, CD, DVD, cassete, dan lain-lain.
Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, karya lukis, patung naskah,
tulisan, prasasti dan lain sebagainya.[28]
Secara
interpretatif dapat diartikan bahwa dekumen merupakan rekaman kejadian masa
lalu yang ditulis atau dicetak, dapat merupakan catatan anekdotal, surat, buku
harian dan dekomen-dekumen. Dokumen kantor termasuk lembaran internal,
komunikasi bagi publik yang beragam, file siswa dan pegawai, diskripsi program
dan data statistik pengajaran[29].
Nasution menjelaskan bahwa:” ada sumber yang non manusia (non human resources),
antara lain adalah dokumen, foto dan bahan statistik[30].
Dokumen
digunakan dalam penelitian sebagai sumber data sekunder manakala dokumen
tersebut memiliki nilai. Menurut Wang dan Soergel (1998), nilai kegunaan
dokumen dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut:
1) Evistemic values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat
berguna bagi pemenuhan kebutuhan akan pengetahuan atau informasi yang
tidak/belum diketahui. Nilai evistemic merupakan prasyarat bagi semua dokumen.
2)
Functional values, yaitu suatu
dokumen yang keberadaannya sangat berguna karena memberi konstribusi pada
penelitian yang dilakukan. Dokumen akan berguna karena berisi teori, data
pendukung empiris, atau metodologi.
3)
Condotional values, yaitu suatu
dokumen sangat berguna apabila muncul beberapa kondisi atau syarat terpenuhi,
atau terdapat dokumen lain yang dapat memperkuat dokumen tersebut.
4) Social values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna dalam
hubungan dengan kelompok atau individu. Seperti berhubungan dengan guru, tokoh
masyarakat, kiyai, ulama’, atau tokoh lainnya[31].
Jadi
hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan dapat dipercaya kalau
didukung oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, disekolah, ditempat
kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan lebih
kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni
yang telah ada.
Selanjutnya
perlu di perhatikan bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibel yang tinggi,
misalnya terdapat berbagai foto yang tidak mencerminkan aslinya, karena foto
dibuat untuk kepentingan tertentu. Begitu pula autoboigrafi yang di tulis untuk
dirinya sendiri.
d. Teknik Pengumpulan data dengan Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai data dan sumber data
yang telah ada. Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan observasi
partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama
secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber
yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Hal ini dapat dilihat pada gambar
berikut:
|
|
|
|
|
Wawancara
mendalam
|
Gambar
4. Triangulasi “sumber” pengumpulan data (satu teknik pengumpulan data pada
bermacam-macam sumber data A, B, C)
Susan
stainback (1998) menyatakan bahwa tujuan triangulasi adalah “the aim is not
to determine truth about some social phenomenon, rather the purpose of
triangulation is to increase one’s understanding of what ever is being
investigated”. Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran
tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti
terhadap apa yang telah ditemukan[32].
Tujuan penelitian kualitatif memang bukan
semata-mata mencari kebenaran, tetapi lebih pada pemahaman subyek terhadap
dunia sekitarnya. Dalam memahami dunia sekitarnya, mungkin apa yang dikemukakan
informan salah, karena tidak sesuai dengan tiori, tidak sesuai dengan hukum.
Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan
data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Dengan
triangulasi lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu
pendekatan.
e. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, menetapkan jenis instrumen
dan melaksanakan langkah-langkah atau panduan yang yang menunjang instrumen
tersebut dalam sebuah penelitian, menjadi sasuatu hal sangat penting. Karena
dalam menguji hipotesis sangat memerlukan data-data yang valid, data yang kuat,
data yang kredibel. Dengan data-data yang terkumpul sesuai dengan arah dan
tujuan penelitian, maka diharapkan penelitian dapat diselesaikan dengan hasil
yang akurat dan empiris.
Daftar Pustaka
Ibnu
Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan,
Jakarta : Raja Grafindo Persada
Juliansyah Noor, Metodologi
Penelitian, Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
Sugiyono,
Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta, 2012), cet. Xv,
Kaelan, M.S., Metode
Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner, (Yokyakarta: Paradigma, 2010)
Mulyasa, Standar
Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,
cet.ke-4,
Michael Quninn Patton, Qualitative
Evaluation Methodes, (Sage Publications, Baverly Hills, 1980)
Nasution,
Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1992).
Punaji Setyosari, Metode
Penelitian Pendidikan Dalam Pengembangan, Jakarta : Prenada Media Group,
cet. Ke-2
Satori, Djam’an dan Aan
Komariah, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009)
Sudikin, dkk., Manajemen
Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Insan Cendekia,
Sugiono,
Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009)
Sugiyono,
Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta, 2012), cet. Xv,
Suharsimi
Arikunto, Manageman Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2000,
Sutrisno
Hadi, Meteologi Research, Yogyakarta : Andi Offset, cet. Ke-23, 1994
Sumadi
Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo, 2008,
Tim
Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan, Bandung : Alpabeta, 2011
W. Lawrence Neuman, Social Research Metthods, (Canadian
Internanational Depelopment Agency, 2004)
[1]
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja
Grafindo, 2008, hlm.52
[2] Suharsimi Arikunto, Manageman Pendidikan,
Jakarta : Rineka Cipta, 2000, hlm.134
[3] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan,
Bandung
: Alpabeta, 2011, hlm. 167
[4] Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta : Raja
Grafindo
Persada, hlm.160
[5]
Sukidin, dkk., Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta :
Insan Cendekia, cet.ke-4, hlm.100
[6]
Sutrisno Hadi, Meteologi Research, Yogyakarta : Andi Offset, cet.
Ke-23, 1994, hlm.123
[7]
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dalam Pengembangan,
Jakarta : Prenada Media
Group, cet. Ke-2, hlm.205
[8]
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya,
hlm.203
[9]
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, cet.ke-2,
hlm.141
[10] Sugiyono, Metode Penelitian
Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta, 2012), cet. Xv, hlm. 14
[11] Sugiyono, Ibidt., hlm. 15.
[12] Kaelan, M.S., Metode Penelitian Agama
Kualitatif Interdisipliner, (Yokyakarta: Paradigma,
2010),
hlm. 88
[13] Satori, Djam’an dan Aan Komariah, Metodelogi
Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 117.
[14] Sugiyono, op. Cit., hlm. 65
[15] Michael Quninn Patton, Qualitative
Evaluation Methodes, (Sage Publications, Baverly Hills,
1980), hlm. 131-132.
[16] Kaelan, op. Cit., hlm 91.
[17] Sugiyono, op. Cit., hlm. 312.
[18] Ibid., hlm. 313.
[19] Kaelan, op. Cit., hlm. 92-93.
[20] Ibid., hlm 95.
[21] Ibid., hlm 96.
[22] Sugiono, Memahami Penelitian
Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.72.
[23]
W. Lawrence Neuman, Social
Research Metthods, (Canadian Internanational Depelopment
Agency, 2004). Hlm. 390.
[24]
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta,
2012), cet. Xv, hlm. 319.
[25]
Ibid., hlm. 322
[26] Kaelan, op. Cit., hlm 110-111
[27]
Sugiyono, op. Cit., hlm. 328.
[28] Kaelan, op. Cit., hlm 113
[29]
Satori, Djam’an dan Aan Komariah, Metodelogi Penelitian Kualitatif,
(Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 147.
[30]
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito,
1992). Hlm. 85.
[31]
Satori, op.cit., hlm. 152
[32]
Sugiyono, op. Cit., hlm. 330.