Latar Belakang Masalah
Kepemimpinan
merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah organisasi.
Hal
ini dapat
dilihat pada kenyataannya ketika seorang pemimpin telah menjalankan tugasnya mengatur
organisasinya dengan baik maka organisasi tersebut akan berjalan dengan baik pula. Bagitu
pulan halnya dengan kepala sekolah, ia merupakan pimpinan tertinggi di sebuah lembaga pendidikan
(sekolah), terhadap lembaganya ia bertanggung jawab sebagai pemikir, perencana
dan sekaligus sebagai pelaksana manajemen kelembagaannya.
Pada
sekolah yang menerapkan MBS, kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam
mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan
salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi,
misi, tujuan, dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan
secara terencana dan bertahap. Oleh
karena itu, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan
kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif atau prakarsa untuk meningkatkan mutu
sekolah.
Kepala sekolah yang efektif adalah jika
kebijakan perubahan yang dibuat dapat diimplementasikan dengan lancar. Pendapat ini di
didukung dengan apa yang dikemukakan oleh DeRoche
(1987) memberikan ciri sekolah efektif adalah bila kepala sekolah aktif
mengatasi dan menyelesaikan masalah pengajaran dan pembelajaran, mengobservasi
kelas, kepala sekolah dan staf pengajar memiliki harapan yang tinggi terhadap
siswa. Sementara Goldhammer dan Becker
(Sergiovanni, dkk. 1987:30) mengemukakan
bahwa dalam
kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat ditemukan ciri-ciri sebagai
berikut:
(1)
secara umum pada mulanya hanya ingin
mengajar dan tidak ingin menjadi kepala sekolah, tetapi kemudian mendapat dorongan
dari para seniornya untuk menjadi kepala sekolah, (2) memiliki
komitmen yang kuat terhadap pendidikan, (3) agresif
dalam mengupayakan kebutuhan-kebutuhan sekolah, (4) sangat
antusias dan menerima tanggung jawab sebagai misi bukan sebagai pekerjaan (job), (5) memiliki sifat sebagai ahli strategi (strategist), (6) mampu beradaptasi dengan baik, (7) memiliki
kemampuan bekerja sama dengan orang lain, dan (8) menekankan
tanggung jawabnya terhadap penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi para
muridnya.
Melihat betapa penting
kualitas
kepemimpin yang harus dimiliki oleh kepala sekolah dalam
mewujudkan tujuan sekolah,
maka seharusnya kepala sekolah meningkatkan kemampuan
leadershipnya,
agar sanggup mengadakan hubungan yang
baik dengan segenap warga di sekolah, sehingga tujuan sekolah dan
tujuan pendidikan berhasil dicapai sesuai dengan yang diharapkan bersama.
Dalam
Islam, sangat
banyak sekali dibahas tentang kepemimpinan ini. Tidak
sedikit ayat al-Qur’an dan Hadits yang membincang akan pentingnya kepemimpinan dalam
sebuah komunitas. Beberapa istilah al-Quran yang
terkait dengan kepemimpinan
antara lain, khalifah (khilafah), imam (imamah) dan uli
al-Amri. Disamping itu disebutkan juga
prinsip-prinsip kepemimpinan, yang mana prinsip tersebut harus dimilki oleh
seorang pemimpin walaupun tidak secara totalitas. Untuk itulah,
penulis merasa
penting untuk mengaplikasikan teori-teori
kepemimpinan yang terdapat di dalam alQur’an tersebut dalam
kaitannya dengan kepemimpinan kepala sekolah di lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
Rumusan
Masalah
1.
Apa sajakah Lingkup Kepemimpinan yang Harus dipahami?
2.
Apa Hakikatnya Kepala Sekolah?
3.
Bagaimana Konsep Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dalam Perspektif Al-Qur’an?
4.
Bagaimana Prinsip-prinsip kepemimpinan dalam perspektif
al-Qur’an?
5.
Bagaimana Sifat-sifat kepemimpinan dalam perspektif
al-Qur’an?
Tujuan
Pembahasan Makalah ini bertujuan untuk
menjelskan kembali konsep kepemimpinan kepala sekolah dan mengaitkannya dengan teori-teori
kepemimpinan dalam ayat-ayat suci al-Qur’an.
A. Ruang Lingkup Kepemimpinan yang Harus
di Pahami
1. Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sekumpulan dari
serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya
kewibawaaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang
dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta tidak
merasa terpaksa (Purwanto, 2003:26). Sementara kepemimpinan menurut Robert J. House dan Mary L. Baetz
seperti yang dikutip oleh Ngalim Purwanto bahwa kepemimpinan terjadi di dalam
kelompok dua orang atau lebih, dan pada umumnya melibatkan pemberian pengaruh
terhadap tingkah laku anggota kelompok dalam hubungannya dengan pencapaian
tujuan-tujuan kelompok (Purwanto, 2003:27).
Jacobs
& Jacques mendefinisikan kepemimpinan sebagai sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap
usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran (Gary Yukl, 1994:2) Sedangkan menurut Tannenbaum,
Weschler & Massarik kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam suatu sistem situasi
tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapain
satu tujuan atau beberapa
tujuan tertentu (Ibid).
Dari beberapa
pengertian di atas menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah
suatu hal yang sangat penting dalam manajemen sekolah, oleh karena itu prilaku
kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja guru dengan menunjukkan rasa
persahabatan dan kedekatan diantara sesama. Instrumen tingkah laku seperti itu
hendaknya diwujudkan dan disosialisasikan dalam tugas dan peran guru sebagai
individu dan kelompok, sehingga prilaku kepemimpinan yang positif dapat
mendorong kolompok yang terlibat dalam lingkup pendidikan (sekolah) dapat
bekerja sama dalam mewujudkan tujuan organisasi (Mulyasa, 2006:107).
- Syarat-Syarat Kepemimpinan
Kartini Kartono
mengungkapkan bahwa kepamimpinan
itu harus selalu di kaitkan dengan tiga hal pokok yaitu: (1) Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas
dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi
dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu, (2) Kewibawaan ialah kelebihan,
keunggulan, keutamaan, shingga orang mampu “membawa”
atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pimpinan
dan bersedia melakukakan perbuatan-perbuatan tertentu, (3) Kemampuan ialah segala daya,
kemampuan, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan/ketrampilan teknis maupun sosial
yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa (Kartono,
1998:28).
Ada
beberapa syarat-syarat kepemimpinan yang harus ada dalam seorang pemimpin. Syarat-syarat tersebut merupakan hal
yang pokok yang harus dimiliki seorang pemimpin agar dalam memimpin ia
mempunyai kekuasaan dan wibawa sebagai seorang pemimpin. Menurut Stogdill dalam bukunya Personal Factor Associated with Leadership
yang dikutip oleh Kartini Kartono dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan
mengatakan bahwa pemimpin itu harus mempunyai kelebihan, yaitu:
(1)
Kapasitas meliputi: kecerdasan, kewaspadaan,
kemampuan berbicara dan kemampuan menilai. (2) Ilmu pengetahuan yang luas (3) Tanggungjawab,
mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif, dan punya hasrat
untuk unggul. (3) Partisipasif
aktif, memiliki sosialbilitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif, atau suka
bekerja sama, mudah menyesuaikan diri, punya rasa humor. (4) Status meliputi kedudukan
sosial-ekonomi yang cukup tinggi, populer, tenar (Kartono, 1998:31).
Dari
uraian di atas menunjukkan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin seseorang
terlebih dahulu harus
mempunyai kecerdasan, tanggungjawab, serta mempunyai kedudukan sosial yang
tinggi di dalam suatu masyarakat. Sedangkan menurut Jhon D. Millet dalam bukunya Management In The Public Services, yang dikutip oleh Inu Kencana dalam
bukunya Pengantar Ilmu Pemerintahan mengatakan bahwa seorang pemimpin harus
mempunyai sifat-sifat
kepemimpinan, yaitu: (a) Kemampuan untuk melihat organisasi secara keseluruhan, (b) Kemampuan untuk mendelegasikan
wewenang, (c) Kemampuan
untuk memerintahkan kesetiaan, (d) Kemampuan untuk membuat keputusan (Kencana, 1992).
Kesimpulan
dari pendapat di atas bahwa untuk menjadi seorang pemimpin diperlukan kemampuan
untuk melihat organisasi secara keseluruhan, bisa mendelegasikan wewenang, bisa
membuat pengikutnya setia serta dapat membuat kepetusan yang tegas,
cepat dan bijaksana.
- Sifat-Sifat Pemimpin
Penilaian sukses atau gagalnya
pemimpin antara lain dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas perilakunya. Diantara para penganut teori
sifat/kesifatan dari kepemimpinan (the
traitist theory of leadership) adalah Ordway
Tead. Menurut Ordway, ada sepuluh sifat-sifat kepemimpinan, yaitu: (1) Energi jasmaniah dan mental (Psysical and nervous energy), (2) Kesadaran akan tujuan dan arah (A sense of purpose and direction), (3) Antusiame (enthusiasm), (4) Keramahan(Friendliness),
(5) kecintaan (affection), (6) Integritas (integrity), (7) Penguasaan
teknis (technical mastery), (8)
Ketegasan dalam mengambil keputusan (decisiveness), (9)
Kecerdasan (intelligence), dan (10)
Kepercayaan (faith) (Kartono, 1998:37-43).
- Tipe-Tipe Kepemimpinan
Menurut G. R. Terry, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan
menjadi 6 bagian,
yaitu:
1)
Tipe kepemimpinan pribadi (personal
leadership).
Dalam sistem kepemimpinan ini, segala
sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan
atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2)
Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership).
Segala sesuatu kebijaksanaan yang
dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau
perintah juga pengawasan.
3)
Tipe
kepemimpinan otoriter (autoritotian
leadership).
Pemimpin otoriter biasanya bekerja
keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut
peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus
ditaati.
4)
Tipe
kepemimpinan demokratis (democratis
leadership).
Pemimpin yang demokratis menganggap
dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya
berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung
jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan,
penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai
potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
5)
Tipe
kepemimpinan paternalistis (paternalistis
leadership).
Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu
pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan
untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6)
Tipe
kepemimpinan menurut bakat (indogenious
leadership).
Biasanya timbul dari kelompok
orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya sistem kompetisi, sehingga bisa
menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul
pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut
menurut bidang keahliannya di mana ia ikut berkecimpung.
Dari
beberapa tipe kepemimpinan tersebut, masing-masing memiliki kelebihan
dan kelemahan. Untuk
penempatan tipe tersebut tergantung pada jenis organisasi yang akan di pimpin. Misalnya untuk organisasi kemiliteran
diperlukan tipe kepemimpinan yang otoriter, sebab pada organisasi
tersebut dibutuhkan kesatuan komando dalam pengambilan keputusan. Sehingga senang atau tidak senang,
semua anggota organisasi didalamnya harus melaksanakan perintah dari atasan. Lain dengan
seorang kepala sekolah sebagai pemimpin dia harus mengkolaborasi tipe-tipe
kepemimpinan di atas yang akan disesuaikan dengan situasi kebijakan yang
dilaksanakan. Guru bukanlah orang-orang yang bekerja atas komando, dan guru
juga bukanlah personel yang tidak butuh dan mendengar komando. Dewan guru
bekerja dengan intelektualitasnya, oleh karena itu seorang kepala sekolah sebagai
pemimpin harus lebih mengutamakan faktor motivasi dalam kepemimpinannya, agar
emosional dan kesadaran para guru tergugah dan bersemangat untuk melaksanakan
tugasnya dengan baik. Dalam hal mengendalikan para warga sekolah mungkin
seorang kepala sekolah lebih cocok jika menerapkan tipe kepemimpinan
demokratis, karena dengan tipe ini kepala sekolah menganggap dirinya sebagai bagian
dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab
tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh
anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan,
pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam
usahan pencapaian tujuan.
Dalam hal kepemimpinan ini sesuai adat ketimuran
(Indonesia), menurut Dr. Firdaus Basuni, M. Pd (dalam) penyampaian materi
pembelajaran tentang lidership (kepemimpinan) kepada Maha Siswa Magister
Manajemen Pendidikan Islam pada tanggal 24-10-2013 di PPs Institut Agama Islam
Negeri Raden Fatah Palembang, di samping tipe-tipe kepemimpinan di atas, beliau
menyampaikan ada tipe kepemimpin KH. Dewantoro yang sangat cocok diterapkan
dalam dunia organisasi termasuklah pada lembaga pendidikan.
Dalam perjuangannya terhadap pendidikan bangsanya,
Ki Hajar Dewantara mempunyai Semboyan yaitu tut
wuri handayani (dari belakang seorang kepala sekolah harus bisa memberikan
dorongan dan arahan), ing madya mangun
karsa (di tengah atau di antara warga
sekolah,
kepala sekolah harus menciptakan
prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung
tulada (di depan, seorang kepala
sekolah dan pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan
baik). Semboyan
ini sangat baik sekali diterapkan
oleh kepala sekolah dalam kepemimpinannya. Tipe kepemimpinan ini menjadikan
seorang pemimpin yang luwes, fleksibel dan tidak kaku, dimanapun dia berada ia
dapat memberikan semangat, dapat membangkitkan cipta dan karsa serta dapat
menjadi suri teladan yang baik bagi orang-orang yang dipimpinnya.
B. Hakikat Kepala Sekolah
a. Pengertian Kepala
Sekolah
Keberhasilan sebuah lembaga pendidikan
sangat ditentukan oleh peran kepala sekolah sebagai seorang pemimpin, sebab
kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus dapat membawa lembaga pendidikan
yang dipimpinnya kepada pencapaian pendidikan yang telah ditetapkan. Kemampuan kepala sekolah melihat
perubahan dalam dunia pendidikan, akan menjadikan kepala sekolah mampu dan
sanggup mempertahankan lembaga pendidikan meskipun lembaga pendidikan
dihadapkan pada globalisasi pendidikan.
Kata
kepala sekolah berasal dari dua kata, kepala dan sekolah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau
pimpinan dalam suatu organisasi atau lembaga. Sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan
dimana menjadi tempat menerima dan memberikan pelajaran. Secara sederhana
kepela sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang
diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses
pembelajaran atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberikan
pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2002:83).
Berdasarkan pengertian di atas kepala sekolah adalah tenaga fungsional guru
yang diberi tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan
proses pembelajaran atau tempat dimana terjadinya proses interaksi antara guru
yang memberikan pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Kepala
sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan penting
dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti yang diungkapkan oleh E Mulyasa
bahwa erat hubungannya antara kemampuan kepala sekolah dengan berbagai aspek
kehidupan lingkungan sekolah, seperti kedisiplinan warga sekolah, iklim budaya
sekolah dan menurunnya prilaku peserta didik di lingkungan sekolah, lebih
banyak ditentukan oleh kinerja kepala sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah
bertangung jawab atas manajemen pendidikan secara makro, yang secara langsung
berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam
pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1998 bahwa kepala sekolah bertanggungjawab atas
penyelenggaraan pendidikan, administrasi sekolah dan pembinaan tenaga
kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana
(Mulyasa, 2005:24-25).
Agar sekolah menjadi efektif dan efesien, perlu
sekali disadari dan dimengerti oleh semua kepela sekolah, bahwa perannya
sebagai manajer pendidikan di tingkat sekolah adalah merupakan ujung tombak
atau tolok ukur dalam keberhasilan pendidikan, oleh karena itu mereka harus
mampu melaksanakan tugas kepemimpinan itu dalam memajukan dan mengendalikan
laju sistem pendidikan, dalam hal ini sebuah sekolah yang menjadi tanggung
jawabnya.
Dalam
menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, kepala sekolah memerlukan pengetahuan
dan keterampilan konseptual, mampu melihat organisasi secara keseluruhan,
termasuk kemampuan melihat dengan jelas peranan organisasi dalam situasi
pembangunan secara menyeluruh. Pemahaman
tentang fungsi organisasi bergantung satu sama lain dan perubahan pada setiap
bagian mempengaruhi semua bagian yang lain (Rohiat, 2008:14).
Artinya
kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab terhadap kelancaran sekolah secara
teknis akademis saja, melainkan semua kegiatan, situasi dan kondisi lingkungan
sekolah dengan hubungannya pada
lingkungan masyarakat sekitarnya merupakan bagian tanggung jawab kepala sekolah
(Daryanto, 1998:80).
b.
Fungsi dan Tugas Kepala
Sekolah
Kyte
(1972) mengatakan bahwa seorang kepala sekolah mempunyai lima fugsi utama. Pertama
bertanggung jawab
atas keselamatan, kesejahteraan, dan perkembangan murid-murid yang ada di
lingkungan sekolah. Kedua,
bertanggungjawab atas keberhasilan dankesejahteraan profesi guru. Ketiga, berkewajiban memberikan layanan
sepenuhnya yang berharga bagi murid-murid dan guru-guru yang mungkin
dilakukan melalui pengawasan resmi yang lain. Keempat,
bertanggung jawab
mendapatkan bantuan maksimal dari semua institusi pembantu. Kelima,
bertanggungjawab untuk mempromosikan murid-murid terbaik melalui
berbagai cara. Kepala
sekolah adalah seorang pemimpin, di dalam Islam disebut Khalifah, dan khalifah
adalah orang yang diserahi amanat dan tanggung jawab sebagai pemimpin oleh
Allah SWT. Sebagaimana
firman Allah:
Artinya:
Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS
Al-Baqarah (2) : 30)
Dalam ayat itu difirmankan oleh Allah SWT. Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi.” Kalimat tersebut mengisyaratkan bahwa Allah
akan menjadikan Khlaifah (pemimpin) diantara ummat manusia. Allah akan memilih
ummatnya yang akan diberikan amanat untuk menjadi pemimpin dalam berbagai hal,
atau berbagai lingkungan. Kepala sekolah adalah bagian dari contoh kepemimpinan itu, berarti ia adalah
seorang khalifah yang telah diberikan amanat oleh Allah untuk menjadi pemimpin
di lembaga pendidikan. Kepemimpinan tersebut harus dijaga dan dipertanggung
jawabkan oleh seseorang yang telah diberikan amanat sebagai kepala sekolah
tersebut.
M. Daryanto at.al dalam bukunya Administasi Pendidikan menyebutkan bahwa fungsi kepala
sekolah adalah: 1). Perumus tujuan kerja dan pembuat kebijaksanaan
(policy) sekolah, 2). Pengatur tata kerja
(mengorganisasi) sekolah, yang mencakup hal-hal berikut: (a) mengatur pembagiantugas dan
wewenang,
(b) mengatur petugas pelaksana, (c) menyelenggarakan kegiatan (mengkoordinasi), 3). Pensupervisi kegiatan sekolah,
meliputi: (a) Mengatur kelancaran kegiatan, (b) mengarahkan pelaksanaan kegiatan, (c). mengevaluasi pelaksaanaan kegiatan, (d) membimbing dan meningkatkan
kemampuan pelaksana (Daryanto at.al, 2001:81). Selanjutnya seorang kepala
sekolah juga harus memahami tugas poko dan fungsi kepala sekolah sebagai
berikut:
(1). Perencana sekolah dalam arti menetapkan arah sekolah sebagai
lembaga pendidikan dengan cara merumuskan visi, misi, tujuan, dan strategi
pencapaian, (2). Mengorganisasikan
sekolah dalam arti mebuat struktur organiasasi (structuring),
menetapkan staff (staffing) dan menetapkan tugas dan
fungsi masing-masing staff (functionalizinng), (3). Menggerakkan
staf dalam arti memotivasi staf melalui internal marketing dan member contoh
external marketing, (4). Mangawasi
dalam arti melakukan supervisi, mengendalikan, dan membimbing semua staf
dan warga sekolah.5. Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan untuk dijadikan
dasar peningkatan dan pertumbuhan kualitas, serta melakukan problem solving baik secara analitis sistematis maupun
pemecahan masalah secara kreatif, dan menghindarkan serta menanggulangi konflik (Suderadjat, 2004:112).
Sebagai
adamisnistrator,
kepala sekolah mengandung mengatur dan membenahi administrasi,
dan sebagai pimpinan
sekolah mengandung, kepala
sekolah bertugas dan berfungsi menggerakkan dan
mempengaruhi guru-guru dan staf sekolah untuk bekerja dan
menjalankan tugas masing-masing dengan baik. Manajer sekolah, mengandung makna sebagai kepala sekolah bertugas
melaksanakan seluruh proses dan mengoperasikan keseluruhan aktivitas
institusinya (Sudarwan, 2003:57).
Pada
dasarnya tugas kepala sekolah itu sangat luas dan kompleks. Rutinitas kepala sekolah menyangkut serangkaian
pertemuan interpersonal secara berkelanjutan dengan murid, guru dan orang tua, atasan
dan pihak-pihak terkait lainnya. Bllimberg
(1987) membagi tugas kepala sekolah sebagai
berikut: (1) Menjaga agar segala program sekolah berjalan sedamai mungkin
(as peaceful as possible); (2)
Menangani konflik atau menghindarinya;
(3) Memulihkan kerjasama; (4) Membina para staf dan murid; (5) Mengembangkan organisasi; (6)
Mengimplementasi ide-ide pendidikan.
Untuk
memenuhi tugas-tugas di atas, dalam segala hal hendaknya kepala
sekolah berpegangan kepada teori-teori sebagai pembimbing tindakannya. Teori ini didasarkan
pada pengalamannya, karakteristik normatif masyarakat dan sekolah, serta
iklim instruksional dan
organisasi sekolah, agar dapat menjadi kepala sekolah yang profesional. Sellis mengemukakan
bahwa dalam kaitan peningkatan kinerja
tenaga kependidikan, dan kualitas sekolah, maka kepala sekolah profesional adalah:
(1). Mempunyai
visi atau daya pandang yang mendalam tentang mutu yang terpadu bagi lembaganya
maupun bagi tenaga kependidikan dan peserta didik yang ada di sekolah. (2). Mempunyai
komitmen yang jelas pada program peningkatan kualiatas. (3). Mengkomunikasi pesan yang berkaitan
dengan kualitas. (4). Menjaminkan
kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan dan kebijakansekolah. (5). Menyakinakn terhadap para
pelanggan (peserta didik, oranng tua, mayarakat,) behwaterdapat “channel” cocok
untuk meyampaiakan harapan dan keinginan (6).
Pemimpin mendukung pengembangan tenaga kependidikan.(7). Tidak menyalahkan pihak lain jika
ada masalah yang muncul tanpa dilandasi buktiyang kuat. (8). Pemimpin melakukan inovasi. (9). Menjamin
stuktur organisasi yang menggambarkan tanggungjawab yang jelas. (10). Mengembangkan
komitmen untuk mencoba menghilangkan setiap penghalang,
baik bersifar oragnisasional maupun budaya.(11). Membangun tim kerja yang
efektif.Mengembangkan mekanisme yanng cocok untuk melakukan monitoring dan
evaluasi (Mulyasa, 2005:86).
C. Konsep
Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Perspektif Al-Qur’an
Al-Quran adalah
kitab suci ummat Islam, di dalamnya banyak membahas tentang masalah kehidupan, salah satunya adalah tentang kepemimpinan. Didalam Al-Qur’an kepemimpinan diungkapkan dengan berabagai
macam istilah antara lain
khalifah,
Imam, dan Uli al-Amri, konsep-konsep
ini akan dibahas sebagai berikut.
a. Konsep Khalifah
Dalam Al-Qur’an kata yang berasal
dari Kho, Lam, dan Fa ini ternyata disebut sebanyak 127
kali, dalam 12 kata kejadian. Maknanya
berkisar diantara kata kerja menggantikan, meninggalkan, atau kata benda pengganti atau pewaris, tetapi ada juga yang artinya telah “menyimpang”
seperti berselisih, menyalahi janji,
atau beraneka ragam (Raharjo, 2002:349). Sedangkan dari perkataan Khalf yang artinya suksesi, pergantian atau generasi
penerus, wakil, pengganti, penguasa – yang terulang sebanyak 22 kali dalam Al-Qur’an hingga lahir kata Khilafah. Kata ini menurut keterangan
Ensiklopedi Islam, adalah istilah yang muncul dalam sejarah pemerintahan Islam sebagai institusi politik
Islam, yang bersinonim dengan
kata Imamah yang berarti kepemimpinan (Ibid., hal.357) Adapun ayat-ayat yang menunjukkan istilah khalifah baik dalam bentuk mufrad maupun jamaknya,
antara lain:
Artinya:
Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS
Al-Baqarah (2) : 30)
Artinya:
Apakah kamu (Tidak percaya) dan heran
bahwa datang kepadamu peringatan dari
Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan
kepadamu? dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu
sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah
lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan Telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu
(daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan (Al-A’raf : 69)
Artinya: Dan dia lah yang menjadikan
kamu penguasa-penguasa
di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain)
beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang (Al-Anam : 165)
Artinya:
Hai Daud, Sesungguhnya kami menjadikan
kamu khalifah
(penguasa) di muka bumi, Maka berilah Keputusan (perkara) di antara
manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, Karena ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin
jalan Allah akan mendapat azab yang berat, Karena mereka melupakan hari perhitungan.
(Al-Shad (38) : 26).
Artinya:
Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah
di muka bumi. barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa
dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah
akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir
itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka (Al-Fatir (35) :
39).
Dari
beberapa ayat tersebut di atas menjelaskan,
bahwa konsep khalifah dimulai pada hakikaktnya sejak ada pada masa nabi
Adam secara personil, yaitu memimpin dirinya sendiri,
dan ini menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam Islam juga
mencakup memimpin diri sendiri yakni mengarahkan dan membawa
diri ke arah kebaikan. Disamping memimpin diri
sendiri, konsep khalifah juga berlaku dalam memimpin umat hal ini dapat dilihat
dari diangkatnya nabi Daud sebagai khalifah. Konsep khalifah
di sini mempunyai syarat antara lain, tidak membuat kerusakan di
muka bumi, memutuskan suatu perkara secara adil dan tidak menuruti hawa
nafsunya. Allah memberi ancaman bagi
khalifah yang tidak melaksanakan perintah Allah tersebut. Begitupun seorang kepala
sekolah yang diberi amanah oleh Allah untuk menjadi pemimpin pendidikan,
hendaknya sanggup menggali makna kepemimpinan Islam sehingga mampu memimpin
dirinya, membawa didirnya untuk menjadi kepala sekolah yang amanah yang
benar-benar punya misi membangun dan mencerdaskan anak-anak bangsa.
b.
Konsep Imam
Dalam Al-Qur’an kata imam terulang sebanyak 7 kali atau
kata aimmah terulang 5 kali. Kata imam dalam Al-Qur’an mempunyai beberapa arti yaitu,
nabi, pedoman, kitab/buku/ teks,
jalan lurus, dan pemimpin (Al-Munawar,
2002:197) Adapun ayat-ayat yang menunjukkan istilah imam antara lain:
Artinya: Dan
orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa (Al-Furqan
(25) : 74).
Artinya: Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim diuji[87] Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah
dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya
Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia".
Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku"[88]. Allah
berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim". [87] ujian terhadap nabi Ibrahim a.s. diantaranya:
membangun Ka'bah, membersihkan ka'bah dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya
Ismail, menghadapi raja Namrudz dan lain-lain. [88] Allah Telah mengabulkan doa nabi Ibrahim
a.s., Karena banyak di antara rasul-rasul itu adalah keturunan nabi Ibrahim
a.s.
Artinya:
Kami Telah
menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah kami dan Telah kami wahyukan kepada, mereka
mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan Hanya
kepada kamilah mereka selalu menyembah, (Al-Anbiya’ (21) : 73)
Konsep
imam dalam kepemimpinan yang dimaksud adalah sebagai pemimpin bagi orang yang
bertaqwa, pemimpin bagi seluruh manusia, dalam kepemimpinan itu seorang
pemimpin akan memberikan petunjuk kepada orang yang dipimpinnya, agar mereka mengerjakan
kebaikan, selalu beribadah kepada Allah, mengerjakan shalat, membayar zakat,
dan beriman kepada Allah. Begitulah yang di harapkan terhadap kepemimpinan
kepala sekolah dalam memimpin di lembaganya, diharapkan kepala sekolah dapat
mengendalikan para guru dan pegawai serta anak-anak didik untuk selalu
melaksanakan tugas masing-masing dengan baik, kemudian dapat memberikan
motivasi dan pengawasan kepada seluruh warga sekolah untuk dapat beribadah
kepada Allah, menyertakan Allah dalam seluruh sikap dan tindak tanduknya,
karena hanya kepada Allah segala sesuatu diserahkan, dan hanya Allah yang dapat
menentukan berhasil atau tidak sebuah lembaga pendidikan dalam mencapai
tujuannya.
c.
Uli
al- Amri
Istilah Ulu al-Amri oleh ahli
Al-Qur’an, Nazwar Syamsu, diterjemahkan sebagai functionaries, orang yang mengemban tugas, atau
diserahi menjalankan fungsi tertentudalam suatu organisasi (Raharjo, 2002:466). Hal yang menarik memahami ulil al-Amri ini adalah keragaman
pengertian yang terkandung
dalam kata amr. Istilah yang mempunyai akar kata yang
sama dengan amr yang berinduk kepada kata Alif, Mim dan Ro, dalm Al-Qur’an berulang sebanyak
257 kali. Sedangkan kata amr sendiri disebut sebanyak
176 kali dengan berbagai arti, menurut konteks ayatnya (Ibid). Kata
amr bisa diterjemahkan dengan perintah (sebagai perintah Tuhan), urusan
(manusia atau Tuhan), perkara, sesuatu,
keputusan (oleh Tuhan atau manusia), kepastian (yang ditentukan
oleh Tuhan), bahkan juga bisa diartikan sebagaia tugas, misi, kewajiban dan kepemimpinan (Ibid). Berbeda dengan
ayat-ayat yang menunjukkan istilah amr, ayat-ayat yang yangmenunjukkan istilah
uli-al-Amri dalam Al-Qur’an hanya disebut 2 kali, diantaranya sebagai berikut:
Artinya:Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (An Nisa’ (4) : 59).
Artinya:
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada
Rasul dan ulil Amri [322] di antara mereka, tentulah orang-orang
yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka
(rasul dan ulil Amri) [323]. kalau tidaklah Karena karunia dan rahmat Allah
kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di
antaramu) (An Nisa’(4)
: 83). [322] ialah: tokoh-tokoh sahabat dan para
cendekiawan di antara mereka. [323]
menurut Mufassirin yang lain maksudnya ialah: kalau suatu berita tentang
keamanan dan ketakutan itu disampaikan kepada Rasul dan ulil Amri, tentulah
Rasul dan ulil amri yang ahli dapat menetapkan kesimpulan (istimbat) dari
berita itu.
Adapun
maksud dari dua ayat di atas jelas menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan Uli
al-Amri adalah mereka yang
mengurusi segala urusan umum, sehingga mereka termasuk orang-orang
yang harus ditaati setelah taat terhadap perintah Allah dan taat kepada perintah Rasul. Apabila
terjadi persilangan pendapat maka yang diutamakan adalah kembalilah kepada Allah
dan Rasul- Nya.
Kepala
sekolah adalah wakil yang mengemban tugas dari Allah untuk mengurusi manusia
dalam dunia pendidikan, menyelesaikan suatu permasalahan pendidikan dalam
beberapa keputusan dan kebijakan yang berorientasi dengan ajaran Tuhan Allah
SWT, dengan demikian kepala sekolah akan mampu menjalankan tugas dan
kewajibannya sebgai seorang pemimpin.
Konsep-konsep
di atas baik khalifah, imam atau uli amri adalah konsep yang diajarkan oleh Allah
yang terdapat dalam Al-Quran, konsep-konsep ini pada hakikatnya berlaku umum
untuk semua jenis dan bentuk organisasi. Konsep tersebut sangat baik sekali
diterapkan dalam setiap organisasi, karena konsep-konsep itu sudah teruji
kebenarannya yang telah diterapkan dalam kepemimpinan Rasulullah, kekhalifahan
para sahabat, sampai masa pemerintahan Umayyah dan Abbasiyah. Pada masa-masa
yang lalu itu berbagai sejarah telah mengungkapkan betapa hasil kepemimpinan
telah mensejahterahkan rakyat.
D. Prinsip-prinsip kepemimpinan
dalam perspektif al-Qur’an
Dalam
Al-Qur’an juga menyebutkan prinsip-prinsip kepemimpinan antara lain, amanah, adil, syura (musyawarah), dan Amar Ma’ruuf Nahi Munkar.
- Prinsip Amanah
Dalam
Kamus Kontemporer (al-Ashr) Amanah diartikan dengan kejujuran, kepercayaan (hal dapat dipercaya) (Ali, 215). Amanah
ini merupakan salah satu sifat wajib bagi Rasul.
Ada
sebuah ungkapan “kekuasan adalah amanah, karena itu harus dilaksanakan
dengan penuh amanah”. Ungkapan ini menurut
Said Agil Husin Al-Munawwar, menyiratkan dua hal. Pertama,
apabila manusia berkuasa di muka bumi, menjadi khalifah, maka kekuasaan yang diperoleh sebagai
suatu pendelegasian kewenangan dari Allah SWT., (Delegation
of authority) karena Allah sebagai
sumber segala kekuasaan. Dengan demikian,
kekuasaan yang
dimiliki hanyalah sekedar amanah dari Allah yang bersifat relative, yang
kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Kedua, karena kekuasaan itu
pada dasarnya amanah, maka pelaksanaannya juga memerlukan amanah. Amanah
dalam hal ini adalah sikap penuh pertanggungjawaban, jujur dan memegang
teguh prinsip. Amanah
dalam arti ini sebagai prinsip atau nilai (Al-Munawar,
Op.Cit., hlm: 200). Mengenai Amanah ini
Allah berfirman:
Artinya:
Sesungguhnya
kami Telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit,
bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (Al-Ahzab (33) : 72). [1233] yang dimaksud dengan amanat di sini ialah
tugas-tugas keagamaan.
Menurut
Buya Hamka,
ayat tersebut bermaksud menggambarkan secara majaz atau dengan ungkapan, betapa berat
amanah itu, sehingga gunung-gunung, bumi dan langit pun
tidak bersedia memikulnya. Dalam tafsir ini dikatakan bahwa hanya
manusia yang mampu mengemban
amanah, karena manusia diberi kemampuan itu oleh Allah, walaupun mereka ternyata
kemudian berbuat dzalim, terhadap dirinya sendiri, maupun orang lain serta bertindak bodoh,
dengan mengkhianati amanah itu (Raharjo, Op. Cit., hlm: 195).
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha Melihat (An Nisa’ (4) : 58).
Dua
ayat di atas jelas menunjukkan perintah Allah mengenai harus
dilaksanakannyasebuah amanah. Manusia dalam
melaksanakan amanah yang dikaitkan dengan tugas kepemimpinannya
memerlukan dukungan dari ilmu pengetahuan dan hidayah dari Allah SWT. Hal
ini dapat dilihat firman Allah “Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu”, pengajarannya bisa lewat hidayah yang merupakan anugrah dari Allah, juga bisa
melalui ilmu pengetahuan.
Dalam Al-Qur’an istilah Amanah
juga diungkapkan dengan kata Risalah.
Artinya:
Maka Shaleh meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku Sesungguhnya
Aku Telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan
Aku Telah memberi nasehat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang
memberi nasehat". (Al-A’raf
(7) : 79).
- Prinsip Adil
Kata
Adil ini merupakan serapan dari bahsa Arab ‘adl. Dalam Al-Qur’an istilah
adil menggunakan
tiga term yaitu ‘adl, qisth dan haqq. Dari akar kata ‘Ain, Dal dan Lam sebagai kata benda, kata ini disebut
sebanyak 14 kali dalam Al-Qur’an. Sedangkan kata qisth
berasal dari
akar kata Qof,
Sin dan Tho, diulang sebanyak 15
kali sebagai kata benda (Ibid,
hal.369). Sedangkan kata
haqq dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 251 kali (Program Holy Qur’an). Adapun
ayat-ayat yang berbicara mengenai keadilan antara lain:
Artinya:
Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan".
dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu[533] di setiap sembahyang dan
sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. sebagaimana dia
Telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali
kepadaNya)". Al A’raf
(7) : 29).[533] Maksudnya: tumpahkanlah
perhatianmu kepada sembahyang itu dan pusatkanlah perhatianmu semata-mata
kepada Allah.
Ayat
di atas menjelaskan bahwa Allah menyuruh orang menjalankan keadailan. Secara konkret, yang disebut
keadilan (qisth) itu adalah: (a) mengkonsentrasikan perhatian dalam shalat kepada
Allah dan (b) mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya (Raharjo, Op. Cit., hlm: 370).
Dari
uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan kepada
aspek kepemimpinan, yaitu seorang pemimpin harus benar-benar
ikhlas dalam menjalankan tugasnya dan juga orientasinya semata-mata karena Allah. Kedua prinsip di atas yaitu
prinsip amanah dan ‘adil harus ada dalam jiwa dan sikap seorang pemimpin. Begitu
juga seorang kepala sekolah. Sehingga
ketika dua hal tersebut sudah tertanam dalam jiwa kepemimpinannya maka
akan melahirkan
hasil kepemimpinan yang profesional dan bijaksana, serta melahirkan keputusan-keputusan
yang membawa kemaslahatan bagi warga sekolah yang dipimpinnya. Pada ayat
berikut ini Allah berfirman mengajarkan tentang kepala sekolah yang amanah.
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.
Ayat
di atas juga telah disinggung pada pembahasan amanah, karena ayat tersebut telah mengajarkan
kepada manusia
tentang dasar-dasar pemerintahan dan kepemimpianan yang
baik dan benar yaitu menjalankan
amanah dan menetapkan suatu hukum dengan adil. Seorang kepala sekolah diminta untuk membuat
kebijakan-kebijakan baik yang menyangkut administrasi maupun profesional
(pekerjaan) dengan bijaksana dan seadil-adilnya.
Artinya:
Dan Sesungguhnya Telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara
mereka ada yang kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang
tidak kami ceritakan kepadamu. tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu
mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; Maka apabila Telah datang perintah
Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. dan ketika itu Rugilah
orang-orang yang berpegang kepada yang batil. (Al Mukmin (40) : 78).
Ayat
ini juga berisi tentang perintah berbuat adil, yang di dalmnya digambarkan
tentang keadilan
yang dijalnkan oleh utusan Allah yang juga berfungsi sebagai pemimpin bagi umatnya.
- Prinsip Musyawarah
Musyawarah,
apabila diambil dari kata kerja syawara-yusyawiru, atau syura, yang berasal dari kata
syawara-yasyuru, adalah kata-kata yang terdapat dalam Al-Qur’an. Yang pertama
merujuk pada ayat 159 surah Al-Imran,
sedangkan istilah syura merujuk
kepada Al-Qur’an surah Asy-Syura ayat 38 (Ibid.441-442). Selain dua istilah di
atas ada juga kata yang
maknanya menunjukkan musyawarah yaitu kata i’tamir dalam surat ath-Thalaq ayat
6. Adapun ayat-ayat tersebut di atas yaitu:
Artinya:
Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka.
sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246].
Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
(Ali-Imran (5) : 159). [246] Maksudnya:
urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik,
ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.
Dari
kata wa
syawir hum yang terdapat pada ayat ini mengandung konotasi saling atau berinteraksi,
antara yang di atas dan yang di bawah (Ibid., : 443). Dari
pemahaman tersebut dapat ditarik kesimpulan
behwa pemimpin yang baik adalah yang mengakomodir pendapat bawahannya dalam bentuk musyawarah untuk
mencapai kesepakatan bersama, artinya
kepala sekolah
tidak boleh memaksakan kehendaknya secara otoriter, melainkan ia seharusnya
senantiasa mengutamakan musyawarah dalam mencapai kesepakatan bersama.
.
Artinya:
Dan
(bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada
mereka. (As Syura (42) : 38).
Jika
pada ayat sebelumya menunjukkan adanya interaksi, maka pada ayat ini yakni
istilah syura
terkandung konotasi “berasal dari pihak tertentu”. Dari sini juga dapat
ditarik pemahaman bahwa tidak selamanya pemimpin harus mendengarkan
bawahannya, artinya pemimpin harus bisa memilih situasi dan kondisi kapan
dia harus mendengarkan bawahannya dan kapan pula dia harus memutuskan
secara mandiri. Jadi pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang situasional.
Artinya:
Tempatkanlah
mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan
janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika
mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah
kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, Kemudian jika mereka menyusukan
(anak-anak) mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu
menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya. (At
Thalaq (65) : 6).
Ayat
ini menceritakan bagaimana seharusnya sikap dan sifat kepamimpinan
suami dalam rumah tangga, seorang suami diajarkan agar selalu menempatkan isterinya
pada tempat yang terhormat dihatinya dalam perasaan, dan menjadikan isterinya
sebagai teman musyawarah atas segala sesuatu yang dihadapi dalam rumah tangga.
Suami yang bertindak sebagai pemimpin rumah tangga, maka dari itu baik buruk
sifat dan tingkah laku isteri adalah tanggung jawab seorang suami.
Begitupun
seorang kepala sekolah dalam menjalankan proses kepemimpinannya, agar memiliki
sifat kekeluargaan yang mendalam, ia harus menganggap lingkungan sekolah adalah
lingkungan keluarganya sendiri, dengan demikian kepemimpinan yang akan timbul
adalah kasih sayang diantara warga sekolah, dengan sifat kasih sayang dan kerja
sama itu, maka tujuan pendidikan akan muda untuk dicapai.
- Prinsip Amar Ma’ruf Nahy Munkar
Dalam
Ensiklopedi Islam Indonesia, ada juga entry “amar makruf Nahi Munkar”
yangdiartikan sebagai “suruuhan untuk berbuat baik serta mencegah dari perbuatan
jahat.”Istilah
itu diperlakukan dal satu kesatuan istilah, dan satu kesatuan arti pula,
seolah-olahkeduanya tidak dapat dipisahkan (Raharjo, 2002:619). Istilah
amr ma’ruf nahy munkar seperti Ya’muruna bi al-ma’ruf wayanhawna
‘an al-munkar ternyata secara
berulang disebut secara
utuh, artinya tidak dipisahkan antara amr ma’ruf dan nahy munkar. Istilah
tersebut berulang sebanyak
9 kali, sekalipun hanya dalam 5 surah (Raharjo, 2002:624).
Adapun ayat-ayat tersebut antara lain:
Artinya:
Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217];
merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran (3) : 104). [217] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan
kita kepada Allah; sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita
dari pada-Nya.
Artinya:
Dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan)
yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(Attaubah (9) : 71)
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi
niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan
mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali
segala urusan. (Al Hajj (22) : 41).
Ketiga
ayat di atas menunjukkan perintah amr ma’ruf dan nahy munkar. Dalam
Al-Qur’an dan Terjemahnya yang disusun oleh Hasbi Ashshiddiqi dan kawan-kawan. Ma'ruf
diartikan sebagai
segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang
menjauhkan kita dari pada-Nya (Ashshiddiqi, tt, 93). Dengan demikian dapat
dipahami bahwa prinsip kepemimpinan amr ma’ruf dan nahy munkar ini sangat
ditekankan oleh
Allah SWT.,
karena dari prinsip inilah
akan melahirkan hal-hal yang akan membawa kebaikan dalam proses
kepemimpinan
seseorang.
E. Sifat-sifat Pemimpin
dalam Perspektif Al-Qur’an
Setelah
membahas prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Al-Qur’an secara global, maka selanjutnya akan
dibahas secara lebih rinci sifat dan tugas pemimpin. Agar mampu melaksanakan tugasnya
dengan baik dan sukses, seorang pemimpin harus memiliki beberapa sifat,
diantaranya adalah:
- Islam
Islam
di sini tentu saja bukan sekedar Islam identitas,
namum Muslim yang benar-benar memahami dan menjalankan ajaran agamanya. Allah
melarang hamba-Nya untuk menjadikan orang kafir sebagai pemimpin. Sebagaimana firman Allah SWT :
Artinya:
Janganlah
orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali[192] dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa
berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali Karena
(siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah
memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan Hanya kepada Allah kembali
(mu). (Ali Imran (3) : 28). [192] Wali
jamaknya auliyaa: berarti teman yang akrab, juga berarti pemimpin, pelindung
atau penolong.
- Ketaqwaan
Dengan
ketaqwaan ini akan menjauhkan diri dari perbuatan yang melanggar
perintahnya (Shihab,
1999:383). Sebagaimana Allah SWT berfirman:
Artinya:
(Musim)
haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi[122], barangsiapa yang menetapkan
niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats[123],
berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa
yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik
bekal adalah takwa[124] dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang
berakal. (Al Baqarah (2) : 197). [122]
ialah bulan Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah. [123] Rafats artinya mengeluarkan perkataan yang
menimbulkan berahi yang tidak senonoh atau bersetubuh. [124] maksud bekal takwa di sini ialah bekal yang
cukup agar dapat memelihara diri dari perbuatan hina atau minta-minta selama
perjalanan haji.
- Berilmu Pengetahuan
Seorang pemimpin harus memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk mengendalikan perusahaannya. Semakin
besar kemampuan dan pengetahuannya terhadap urusan perusahaan, pengaruhnya
akan semakin kuat. Allah SWT telah
memberikan perumpamaan di dalam AlQuran sebagai berikut:
Artinya:
Maha
Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu, (Al Mulk (67) : 1).
Ayat
ini memberikan perumpamaan kepada seorang pemimpin bahwa seorang pemimpin harus
memiliki ilmu pengetahuan tentang apa yang dipimpinnya, dengan demikian dia
akan memimpin dengan benar, dan dalam kepemimpinan itu seorang yang berilmu
akan sadar behwa segala sesuatu itu adalah amanah dan titipan Allah karena
Allah yang memiliki segala kekuasaan dan kerajaan, karena Allahlah yang maha
mengetahui segala sesuatu.
- Mempunyai keistimewaan lebih dibanding dengan orang lain.
Hal
ini dijelaskan dalam kisah
pengangkatan raja Thalut seperti digambarkan di dalam Al-Quran sebagai berikut:
Artinya:
Nabi
mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah Telah mengangkat
Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah
kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang
diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" nabi (mereka) berkata:
"Sesungguhnya Allah Telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu
yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan
pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha luas
pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
- Memahami kebiasaan dan bahasa orang yang menjadi tanggung jawabnya.
Artinya:
Kami
tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya[779], supaya
ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah
menyesatkan[780] siapa yang dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa
yang dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. [779] Al Quran diturunkan dalam bahasa Arab itu,
bukanlah berarti bahwa Al Qu'an untuk bangsa Arab saja tetapi untuk seluruh
manusia. [780] disesatkan Allah berarti:
bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami
petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, Karena mereka itu ingkar dan tidak mau
memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka
itu menjadi sesat. (Ibrahim : 4)
Ayat
ini mengajar kan kepada seorang pemimpin bahwa faktor bahasa ummat yang
dipimpin sangat perlu dikuasai oleh seorang pemimpin, agar dengan muda
menyampaikan apa yang dikehendaki dalam kepemimpinanya.
- Mempunyai karisma dan wibawa dihadapan manusia sebagaimana perkataan kaum Nabi Syu’aib a.s
Artinya:
Mereka
berkata: "Hai Syu'aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu
katakan itu dan Sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah
di antara Kami; kalau tidaklah Karena keluargamu tentulah kami Telah merajam
kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami." (Huud
(11) : 91).
- Konsekuen dengan kebenaran dan tidak mengikuti hawa nafsu.
Demikianlah
yang diperintahkan
Allah kepada Nabi Daud ‘Alaihissalam
ketika dia diangkat menjadi khalifah di muka bumi,
Artinya:
Hai
Daud, Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka
berilah Keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang
berat, Karena mereka melupakan hari perhitungan. (Al Shad (38) : 26).
h. Bermuamalah
dengan (lembut dan kasih sayang)
Kasih
sayang adalah salah satu sifat Rasulullah saw. Sebagaimana firman Allah
berikutini
Artinya: Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka.
sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian
apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. [246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal
duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan
lain-lainnya.
- Menyukai suasana saling memaafkan
Suasana saling maaf memaafkan antara
pemimpin dan pengikutnya, serta membantu mereka agar
segara terlepas dari kesalahan. Allah memerintah Rasulullah saw seperti di dalam Al-Quran
dijelasakan sebagai berikut:
Artinya:
Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka.
sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian
apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. [246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal
duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan
lain-lainnya.
- Bermusyawarah dengan para pengikutnya serta mintalah pendapat dan pengalaman mereka, seperti firman Allah berikut ini:
Artinya:
Dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu ( Ali Imran (3) : 159).
- Menertibkan semua urusan dan memebulatkan tekad untuk kemudian bertawakal (menyerahkan urusan) kepada Allah. Firman Allah,
Artinya:
Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Ali Imran (3) : 159).
- Muroqobah
Membangun
kesadaran akan adanya muraqabah (pengawasan dari Allah) hingga terbina sikap ikhlas di
manapun, walaupun tidak ada yang mengawasinya kecuali Allah.Allah berfirman:
Artinya:
(yaitu)
orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya
mereka mendirikan sembahyang. (Al Hajj (22) : 41).
- Memberikan Takaful Ijtima’
Memberikan
takafuul ijtima’ santunan sosial kepada para anggota, sehingga
tidak terjadi kesenjangan sosial yang menimbulkan rasa dengki dan
perbedaan strata soSial yang merusak.
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang jika kami
teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari
perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
- Mempuyai pengaruh
Mempunyai power ‘pengaruh’ yang
dapat memerintah dan mencegah karena seorang pemimpin harus melakukan
control ‘pengawasan’ atas pekerjaan anggota,
meluruskankekeliruan,
serta mengajak mereka untuk berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Artinya:(yaitu) orang-orang yang jika
kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan
yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. Al Hajj (41).
Artinya:
Dan sampaikanlah berita gembira kepada
mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. setiap mereka diberi rezki buah-buahan
dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan
kepada kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk
mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang Suci dan mereka kekal di
dalamnya[32]. [32] kenikmatan di syurga
itu adalah kenikmatan yang serba lengkap, baik jasmani maupun rohani.
- Menerima saran dan tidak sombong.
Mau
mendengarkan nasihat dan tidak sombong karena nasihat dari orang yang
ikhlas jarang sekali kita peroleh. Oleh karena itu Allah telah mengancam
orang yang sombongdengan berfirman
Artinya:
Dan apabila dikatakan
kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang
menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka jahannam. dan
sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. Al Baqarah
(2) :206).
(Taufiq, 2004:37)
Dari uraian di atas,
dapat dilihat bahwa antara konsep kepemimpinan secara umum dan konsep kepemimpinan
dalam Al-Qur’an ada perbedaaanya. Hal ini dapat dilihat
dari pengertian kepemimpinan secara umum yang
merupakan suatu hubungan proses mempengaruhi yang
terjadi dalam suatu komunitas yang diarahkan untuk tercapainya tujuan bersama. Sedangkan
konsep kepemimpinan dalam Al-Qur’an yaitu khalifah, Imam,
dan Uli
al-Amri dengan segala syarat-syaratnya
dinilai lebih komprehensif dalam memaknai sebuah
kepemimpinan, yang akhirnya akan
melahirkan pemimpin-pemimpin yang handal dan dapat membawa
kemaslahatan bagi kehidupan manusia. Selain itu, kedua
konsep tersebut dalam mengemukakan sifat-sifat pemimpin yang ideal, sama-sama menyentuh
sisi materialisme dan sisi idealisme. Misalnya dalam konsep kepemimpinan umum,
sifat pemimpin antara lain, mempunyai energi jasmaniah dan mental, mempunyai
kesadaran akan tujuan dan arah, mempunyai antusiame dan lain sebagainya. Sedangkan
konsep pemimpin dalm Al-Qur’an antara lain memiliki sifat-sifat yaitu, Islam,
bertaqwa,
memahami
situasi dan kondisi masyarakatnya, mempunyaikarisma dan wibawa dihadapan
manusia, konsekuen dengan kebenaran, ikhlas, dan bertingkah laku yang baik.
Dari dua konsep tentang
pemimpin ideal di atas, dapat dilihat bahwa, walaupun kedua konsep tersebut
sama-sama menyentuh sisi materialisme dan sisi idealisme, namun konsep yang ditawarkan
oleh Al-Qur’an lebih ditekankan pada aspek idealisme. Karena aspek idealisme
merupakan kunci dari semua tingkah laku yang ada. Misalnya ikhlas, dari
orang yang ikhlas tidak akan pernah ada penyelewengan karena orang yang ikhlas hanya berniat mencari
ridla Allah semata. Lain halnya dengan konsep
kepemimpinan umum,
dalam konsep ini aspek materialisme lebih dikedepankan. Misalnya
mempunyai energi
jasmaniah dan mental serta mempunyai kesadaran akan tujuan dan arah. Sifat
ini sangat
jelas orientasinya lebih pada materialisme. Akhirnya
dapat disimpulkan bahwa konsep kepemimpinan dalam Al-Qur’an lebih komprehensif jika
dibandingkan dengan konsep kepemimpinan secara umum. Karena
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang tidak memiliki kekurangan.
Disamping itu, Allah adalah
pencipta manusia yang lebih tahu terhadap hal-hal yang dibutuhkan oleh manusia.
Kesimpulan
Kepala
sekolah adalah
seorang pemimpin, dalam kepemimpinannya apa saja yang menjadi kebijakan dan
keputusan untuk dilaksanakan pada lembaga yang dipimpinnya, akan mempengaruhi nilai-nilai
kepribadian warga sekolah, oleh karena itu diharapkan sistem kepemimpinan
kepala sekolah hendaknya berlandaskan pada konsep-konsep kepemimpinan perspektif
Al-Quran yang telah dijelaskan di atas, agar pengaruh yang ditimbulkan dari
hasil kepemimpinan kepala sekolah tersebut,
dapat berwujud Islami dan Relegius. Kepemimpinan yang bernuansa Islami akan
membawa masyarakat sekolah menjadi tenteram dan kondusip, dengan demikian
kepala sekolah bersama warga sekolah dapat mencapai tujuan pendidikan sesuai
yang diharapkan bersama.
Kepala sekolah dituntut senantiasa meningkatkan
efektifitas kerjanya.
Melihat
penting dan strategisnya posisi kepala sekolah dalam mewujudkan tujuan
sekolah, maka seharusnya kepala sekolah harus mempunyai
nilai kemampuan relation yang baik dengan segenap warga disekolah, sehingga
tujuan sekolah dan tujuan pendidikan berhasil dengan optimal. Ibarat nahkoda yang
menjalankan sebuah kapal mengarungi samudra, kepala sekolah
mengatur segala sesuatu yang ada di sekolah. Dalam al-Quran telah
terdapat nilai-nilai agung tentang arti pentingnya
kepemimpinan. Di
samping itu, konsep-konsep bagaimana seharusnya seorang
pemimpin berbuat, telah terdapat dalam banyak
penulis jelaskan dalam
makalah ini. Akhirnya
penulis hanya berharap semoga makalah ini dapat menjadi pencerahan baru
bagi para kepala sekolah dan calon-calon manajer lembaga pendidikan di masa yang akan
datang.
Daftar Pustaka
Al-Munawar,
Said Agil Husin. 2002. Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta: Ciputat Press
Ali, Atabik & Ahmad Zuhdi Mudlor. Tt. Kamus
Kontemporer Arab Indonesia. Yogyakarta:
YayasanAli Maksum
Ashshiddiqy, Hasbi et.al. tt. Al-Qur’an Dan Terjemahnya. Jakarta: Departemen Agama RI,
Daryanto,
M. 1998. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
DeRoche,
E.F. 1987. An Administrator’s Guide for Evaluating Programs and Personnels An Effective School Approach. London: Allyn
and Bacon.
George R. Terry, 1999. Principles of Management terj.
G.A. Ticoalu, Dasar-Dasar Manejmen. Cet. 6; Jakarta
Gary Yukl, 1994. Kepemimpinan Dalam Organisasi, terj. Jusuf Udaya, Jakarta:
Prenhallindo
Kencana, Inu. 1992. Pengantar
Ilmu Pemerintahan. Bandung: Eresco
Kartono, Kartini, 1998, Pemimpin Dan Kepemimpinan;
Apakah Pemimpin Abnormal itu. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
Mulyasa,
E. 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Dalam
konteks Mensukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Mulyasa,
E. 2006.
Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Raharjo,
M. Dawam, 2002. Ensiklopedi
Al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci. Jakarta: Paramadina
Rohiat.
2008. Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung:
Refika
Aditama.
Sergiovanni,
T.J., Burlingame, M., Coombs, F.S. and Thurston, P.W.
1987b. Educational Governance and
Administration.
2 nd
. Ed. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, Inc.
Shihab,
M. Quraish. 1999. Lentera
Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan,
Mizan, Bandung, , Cet. XV
Sudarwan. 2003. Menjadi Komunitas Pembelajar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Suderadjat, Hari. 2004. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah. Bandung: Cipta Cekas Grafika
Sujak,
Abi, 1990. Kepemimpinan Manejer Eksistensinya dalam Perilaku Organisasi Jakarta: CV Rajawali.
Taufiq,
Ali Muhammad, 2004. Praktik
Manajemen Berbasis Al-Qur’an,
terj. Abdul Hayyieal-Kattani & Sabaruddin.
Jakarta: Gema Insani Press
Purwanto, Ngalim. 2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.
Bandung, Remaja Rosdakarya.
Wohjosumidjo. 2002. Kepimpinan Kepala Sekolah,
Jakarta: Raja Grafindo Persada: cetakanke3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar