Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim, jadikan anak-anakku “Afifah Thahirah As Sundus, Muhammad Sayyid Al-Fattah, Muhammad Ayyasy Al Ghaniy, dan Aisyah Ghufairah Az Zahra” anak-anak yang bersifat Siddiq, Amanah, Fathonah, dan Tabligh. Ya Allah Ya Zaljalaliwal Ikroom, jadikan keempat amanah yang Engkau titipkan kepadaku ini para putra-putri yang sukses dan pemimpin pada masanya nanti amiin

KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF MANAJEMEN MUTU TERPADU (TQM) DALAM PENDIDIKAN

Indra Gunawan, M.Pd.I

A. Latar Belakang.

Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam semua kelompok masyarakat, baik itu keluarga, perkumpulan olah raga, unit kerja, maupun organisasi lainnya, mesti terdapat seseorang yang paling berpengaruh diantara anggota kelompok yang lainnya dan ia dapat dikatakan sebagai seorang pemimpin. Organisasi akan sangat tidak efektif dan efisien manakala tidak mempunyai seorang pemimpin, bahkan sangat dimungkinkan tidak akan mampu mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan dalam organisasi menghadapi berbagai macam hal diantaranya adalah struktur, koalisi, kekuasaan dan termasuk juga kondisi lingkungan.  Disamping itu kepemimpinan juga berfungsi sebagai tempat pemecahan masalah dan persoalan dalam organisasi. Mengingat arti penting kepemimpinan inilah maka para ahli memberikan perhatian tersendiri dalam hal kepemimpinan ini (Nusariyanto 2012, Makalah Kepemimpinan dalam TQM).
Kepemimpinan yang efektif dalam suatu organisasi adalah kepemimpinan Administratif, yang berkenaan dengan upaya menggerakkan orang lain supaya melaksanakan tugasnya secara terkoordinasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan administratif berdasarkan perencanaan yang rasional, bukan berdasarkan intuisi, bertindak berdasarkan pemahaman terhadap masalah-masalah internal dan eksternal organisasi. Kepemimpinan berdasarkan pada kesadaran diri dan menyadarkan individu-individu lainnya terhadap tujuan organisasi (Oemar Hamalik 1993, hlm.32).
Islam sangat menekankan arti pentingnya sebuah kepemimpinan sehingga andaikan berkumpul 3 orang atau lebih akan mengadakan suatu perjalanan dianjurkan untuk mengangkat salah satu diantaranya untuk menjadi pemimpin. Di sisi lain islam juga memerintahkan untuk mentaati pemimpin selama pemimpinnya mentaati Allah dan Rasul-Nya (QS. An-Nisa’:59). Begitu pentingnya kepemimpinan dalam islam, hal ini menunjukkan bahwa efektifitas dan normalitas kegiatan atau bahkan kehidupan manusia dalam berorganisasi baik dalam sekup kecil maupun besar itu sangat bergantung pada kepemimpinan.
Kepemimpinan diharapkan mampu membawa semua individu yang tergabung dalam organisasi tersebut mampu mencapai tujuan yang semestinya sehingga harapan-harapan dari para individu terpenuhi secara maksimal. Namun kenyataan yang terjadi saat ini, banyak pemimpin yang tidak menjalankan tanggung jawabnya secara maksimal, ada juga yang menjalankan kepemimpinannya namun konsep yang diterapkan tidak tepat sehingga tujuan-tujuan organisasi tidak tercapai sebagaimana mestinya. Yang lebih celaka lagi ada pemimpin yang tidak memahami tugas dan fungsinya sebagai pemimpin sehingga yang terjadi adalah kekacauan organisasi. Masing-masing elemen berjalan tidak pada fungsi yang semestinya.
Sehingga penting sekali untuk memhami konsep kepemimpinan  yang ideal, terkait siapa yang mempunyai hak untuk memimpin, bagaimana memimpin, apa hak dan kewajiban seorang pemimpin agar harapan yang tertumpu pada kepemimpinan ini bisa terwujud dengan ideal.
Namun konsep kepemimpinan masih menjadi suatu misteri dan belum ada kesepakatan diantara para ahli tentang apa sebenarnya kepemimpinan dan bagaimana cara menganalisa kepemimpinan. Kepemimpinan perlu memadukan beberapa konsep agar kepemimpinan yang ideal dapat dicapai. Perilaku pemimpin yang positif dan cukup ideal dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotifasi individu untuk bekerjasama dalam kelompok dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.
Konsep kepemimpinan dalam Manajemen Mutu Terpadu atau Total Quality Managemen adalah salah satu konsep yang bisa ditawarakan dan akan dibahas dalam makalah ini. Dengan harapan menjadi solusi dan alternatif kepemimpinan yang ideal. Sehingga menjadi acuan bagi siapapun yang berperan sebagai pemimpin dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinannya untuk menjadikan organisasi yang dipimpinya bisa berjalan efektif dan efisien hinga akhirmya bisa menjapai tujuan-tujuan organisasi dengan sebaik-baiknya.

B. Pengertian.
1. Kepemimpinan.
a. Definisi.
Para ahli umumnya mengakui kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, hormat dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. Para pemraktik biasanya mendefinisikan pemimpin sebagai orang yang menerapkan prinsip dan tekhnik yang memastikan motifasi, disiplin dan produktifitas dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi (Dale Timpe, 2002 hlm.181-182).
Robbins (1991) dalam Fandy Tciptono & Anastasia Diana (2001; hlm.152) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
D.E. McFarlan (1978) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dimana pimpinan dilukiskan akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sudarman Danim, Prof., Dr., 2007 hlm. 204).
Sutisna (1993) dalam Mulyasa (2004:107) merumuskan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha kearah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Mulyasa juga menyebutkan bahwa menurut Supardi (1998) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum bila perlu, serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien.
Dari beberapa definisi dapat kita simpulkan bahwa inti dari kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan bawahannya untuk melakukan sesuatu agar tujuan dari organisasi tercapai dengan maksimal. Dengan memanfaatkan manajemen yang disesuaikan dalam setiap situasi dan kondisi real lapangan.

b. Mengembangkan Kepemimpinan.
Kemampuan kepemimpinan penting untuk senantiasa di upgread agar up to date dengan kondisi dan persoalan yang dihadapi. Banyak cara dan langkah untuk mengembangkan potensi kepemimpinan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Keterbukaan dan interaksi.
2) Merawat.
3) Kualitas melawan kuantitas.
4). Pendelegasian.

c. Gaya Kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan amat sangat beragam, menyerupai sidik jari. Artinya bahwa antara satu dengan yang lainnya tidak sama. Masing-masing mempunyai ke-khas-an dan keunikannya sendiri. Seseorang yang mempelajari gaya kepemimpinan harus bisa memilah dan memilih mana yang pas dan yang cocok dengan kondisi dirinya untuk diterapkan.
Gaya kepemimpinan adalah langkah dan cara yang digunakan oleh pemimpin dalam rangka berinteraksi dengan bawahannya. Diantara gaya kepemimpinan tersebut adalah:
a] Kepemimpinan Otokratis. Yaitu pemimpin mengambil keputusan tanpa tanpa melibatkan bawahan yang akan melaksanakannya. Kepemimpinan ini disebut juga dengan kepemimpinan diktator.
b] Kepemimpinan Demokratis. Penganut gaya ini, seorang pemimpin melibatkan karyawan yang akan melaksanakan dalam membuat kebijakan atau keputusan. Namun gaya kepemimpinan ini sering kali menghasilkan keputusan populer (disenangi banyak orang), terkadang keputusan seperti ini tidak tepat sasaran, karena pertimbangan takut tidak disukai.
c] Kepemimpinan Partisipatif. Dalam gaya ini pemimpin pemimpin amat sedikit sekali memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan. Ia hanya menyajikan informasi mengenai suatu permasalahan dan memberikan kesempatan kepada anggota tim untuk mengembangkan strategi dan pemecahannya. Tugas pemimpin adalah mengarahkan tim kepada tercapainya konsensus. Dengan asumsi bahwa mereka akan lebih siap menerima tanggung jawab karena mereka diberdayakan untuk mengembangkannya.
d] Kepemimpinan Berorientasi pada Tujuan. Gaya kepemimpinan ini, pemimpin akan meminta anggota tim untuk memusatkan perhatiannya hanya pada tujuan yang ada. Hanya strategi yang menghasilkan kontribusi nyata dan dapat diukur dalam mencapai tujuan organisasilah yang dibahas. Pengaruh kepribadian dan faktor lainnya yang tidak berhubungan dengan tujuan organisasi tertentu diminimumkan.
e] Kepemimpinan Situasional. Gaya kepemimpinan ini sering juga disebut dengan kepemimpinan tidak tetap (fluid) atau kontingensi. Asumsi yang digunakan dalam gaya ini adalah bahwa tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap manajer dalam segala kondisi. Oleh katena itu gaya kepemimpinan ini akan menerapkan gaya tertentu dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut: pemimpin, pengikut dan situasi. Ketiga faktor ini adalah variabel yang saling berhubungan yang dikenal dengan istilah hukum situasi (law of the situation) ( Fandy Tciptono & Anastasia Diana, 2001; hlm.161-163).
Ada ungkapan bahwa apapun makanannya minumnya teh botol, begitu juga dengan kepemimpinan, apapun gaya kepemimpinan yang akan di aplikasikan tentunya harus berdasarkan pada pendekatan ilmu prilaku dan efektifitas kepemimpinan yang sudah teruji. Menurut Richard I. Lester[1] dalam Dale Timpe (2002, hlm. 184-185), ciri-ciri pemimpin perusahaan yang baik adalah sebagai berikut :
1) Rasa tanggung jawab
2) Kompetensi teknis dan profesional.
3) Kegairahan.
4) Ketrampilan komunikasi
5) Standar etika yang tinggi
6) Keluwesan
7) Pandangan kedepan
Sehingga bagi siapapun pemimpin yang akan mengadopsi gaya kepemimpinan mesti memperhatikan 7 hal yang disebutkan oleh Richard I. Lester diatas, agar kepemimpinannya bisa berjalan dengan baik. Mengingat bahwa kondisi dan situasi berbeda maka membutuhkan gaya dan teori kepemimpinan yang berbeda pula. Tentu tidak bisa dilakukan seragamisasi, artinya gaya kepemimpinan demokrasi yang terbaik, maka harus diterapkan dalam organisasi apapun, atau semua organisasi harus menerapkan gaya kepemimpinan partisipatif misalnya, karena di organisasi A telah diterapkan dan berhasil.

2. Total Quality Management (TQM)/Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
Total Quality Management (TQM) adalah merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya. Juga merupakan suatu pendekatan pengendalian mutu melalui penemuan partisipasi karyawan yang bertujuan memecahkan memecahkan persoalan dengan menekankan  pada partisipasi dan kreatifitas antar karyawan dalam sebuah organisasi atau perusahaan (Heri Aryanto, 2013, hlm.1).
Evolusi gerakan Total Quality Management (TQM) semula berasal dari Amerika Serikat, kemudian lebih banyak dikembangkan di Jepang dan kemudian berkembang ke Amerika Utara dan Eropa. Jadi TQM mengintegrasikan ketrampilan tekhnikal dan analisis dari Amerika, keahlian dan pengorganisasian Jepang, serta tradisi keahlian dan integritas dari Eropa dan Asia.
Landasan TQM adalah stastical process control (SPC) yang merupakan model manajemen manufactur, yang pertama-tama dikenalkan oleh Edward Deming dan Joseph Juran dinamakan TQM oleh US Navy pada tahun 1985. Kita ketahui bahwa TQM terus sesudah perang dunia II guna membantu bangsa Jepang membangun kembali infrastruktur negaranya. ”Ajaran” Deming dan Juran itu berkembang terus hingga kemudian mengalami evolusi menjadi semakin matang dan mengalami diversifikasi untuk aplikasi di bidang manufaktur, industri jasa, kesehatan, dan dewasa ini di bidang pendidikan. Zainal Berlian (2013) dalam pemaparannya menyatakan bahwa ”dalam dunia pendidikan khususnya di Indonesia TQM di adopsi dengan istilah ”MBS” Manajemen Berbasis Sekolah” [2].
Penerapan TQM dalam institusi pendidikan merupakan hal yang baik. Secara filosofis konsep TQM menekankan pada pencarian secara konsisten terhadap perbaikan berkelanjutan. Namun demikian mengingat bahwa TQM awalnya adalah manajemen yang berbasis pada dunia perusahaan maka dalam implementasinya di dunia pendidikan memerlukan penyesuaian-penyesuaian dan penjelasa, terutama dalam hal istilah.

C. Kepemimpinan Dalam Perspektif MMT/TQM Pendidikan.
1. Kepemimpinan Pendidikan Mutu.
Kepemimpinan merupakan sebuah fenomena universal. Ia merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan menurut Tannenbaum, Wesler dan Massarik dalam Wahjosumidjo (2002:17) adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain dengan sengaja dalam suatu situasi melalui proses komunikasi, untuk mencapai tujuan atau tujuan-tujuan tertentu. Dan masih banyak lagi konsep kepemimpinan menurut para tokoh, sebagaimana telah diuraikan diatas.
Namun dalam perspektif TQM, definisi kepemimpinan yang diberikan oleh Goetsch dan Davis (1994) adalah kepemimpinan merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab total terhadap usaha mencapai atau melampaui tujuan organisasi ( Fandy Tciptono & Anastasia Diana, 2001; hlm.152).
Sehingga kepemimpinan didasarkan pada filosofi bahwa perbaikan metode dan proses kerja secara berkesinambungan akan dapat memperbaiki kulitas, biaya, produktifitas, dan pada gilirannya juga meningkatkan daya saing. Filosofi ini pertama kali dikemukakan oleh Deming yang menyatakan bahwa setiap perbaikan metode dan proses kerja akan memberikan rangkaian hasil sebagai berikut: [a] perbaikan kualitas, [b] penurunan biaya, [c] peningkatan produktifitas, [d] penurunan harga, [e] peningkatan pangsa pasar, [f] lapangan kerja yang lebih luas ( Fandy Tciptono & Anastasia Diana, 2001; hlm.157).
Kepemimpinan adalah bentuk dari persuasi seni (art) pembinaan kelompok-kelompok orang-orang tertentu biasanya melalui human relation dan motivasi yang tepat. Implementasi teori kepemimpinan biasanya amat sangat tergantung pada karakter seorang pemimpin. Meskipun teori yang digunakan sama, dalam implementasinya bisa dipastikan terdapat hal-hal yang membedakan dan itulah bagian dari seni kepemimpinan (Fattah, 2004 hlm.25).
Penentu mutu dalam sebuah institusi adalah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan tertentu dapat mengantarkan institusi atau  organisasi pada revolusi mutu, yaitu dengan gaya mangement by walking about atau manajemen dengan melaksanakan yang menekankan pentingnya kehadiran pemimpin dan pemahaman atau pandangan mereka terhadap karyawan dan proses institusi. Gaya kepemimpinan ini mementingkan komunikasi visi dan nilai-nilai institusi kepada pihak-pihak lain serta berbaur dengan para staf dan pelanggan (Sallis, 2008 hlm.170).
Seorang pemimpin mutu didefinisikan sebagai orang yang mengukur keberhasilannya dengan keberhasilan individu-individu di dalam organisasi. Keterlibatan semua unsur manajemen dalam organisasi dalam mencapai tujuan secara bersama-sama, merupakan upaya yang dilakukan, sehingga tidak ada seorang pun anggota dalam organisasi yang tidak sukses salam menjalankan fungsi dan tugasnya. Pemberdayaan yang maksimal, bukan eksploitasi bawahan, sehingga masing-masing menjalankan fungsi dan tugasnya secara suka rela dan kesadaran yang tinggi akan tanggung jawabnya (Arcaro, 2005 hlm.18).
Kepemimpinan yang efektif dalam suatu organisasi adalah kepemimpinan Administratif, yang berkenaan dengan upaya menggerakkan orang lain supaya melaksanakan tugasnya secara terkoordinasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan administratif berdasarkan perencanaan yang rasional, bukan berdasarkan intuisi, bertindak berdasarkan pemahaman terhadap masalah-masalah internal dan eksternal organisasi. Kepemimpinan berdasarkan pada kesadaran diri dan menyadarkan individu-individu lainnya terhadap tujuan organisasi (Oemar Hamalik 1993, hlm.32).
Kepemimpinan mutu di dalam dunia pendidikan otoritas dan kekuasaan sudah tidak lagi digunakan. Komite sekolah, administrator dan pemimpin harus memberikan sumber daya yang diperlukan para staf dan guru untuk menunjang keberhasilan. Kendati otoritas dan kekuasaan sudah tidak di pakai lagi, namun komite sekolah, pemimpin dan administrator tetap memiliki kewenangan membuat keputusan yang mencerminkan kepedulian, pendapat dan sikap seluruh staf dan customer.
Dalam kepemimpinan mutu pendidikan, setiap orang merupakan pemimpin. Untuk mencapai visi pendidikan, pemimpin sekolah harus dapat memberdayakan para guru dan memberi mereka wewenang seluas-luasnya untuk meningkatkan pembelajaran. Mereka diberi keleluasaan dan otonomi dalam bertindak (Sallis, 2008 hlm.174). Guru harus mengajak siswanya untuk memandang dirinya sebagai pemilik visi, mendengarkan dan bertindak berdasarkan gagasan, inofasi dan kreatifitas siswa guna mencapai visi tersebut. Sebagai pemimpin mutu, semua orang bertanggung jawab menghilangkan kendala pencapaian kinerja tinggi. Visi sebagai pemberi arah bagi setiap orang untuk diikuti, dan setelah arahan diketahui, selanjutnya adalah menghilangkan rintangan yang menghalangi dirinya untuk menjadi seseorang yang berkinerja tinggi (Arcaro, 2005 hlm.20).
Joseph M. Juran dalam Fandy Tciptono & Anastasia Diana, (2001; hlm.160) menyatakan bahwa kepemimpinan yang mengarah kepada kualitas meliputi tiga fungsi manajerial, yaitu :
[1] Perencanaan kualitas; fungsi ini meliputi langkah-langkah: identifikasi pelanggan, identifikasi kebutuhan pelanggan, mengembangkan produk berdasarkan kebutuhan pelanggan, mengembangkan metode dan proses kerja untuk menghasilakan produk yang memenuhi atau melampaui harapan pelanggan, dan mengubah hasil perencanaan ke dalam tindakan nyata.
[2] Pengendalian kualitas; langkah-langkah dalam fungsi ini adalah: evaluasi kinerja aktual, membandingkan kinerja aktual dengan tujuan, dan melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi perbedaan kinerja yang ada.
[3] Perbaikan kualitas; langkah-langkahnya: membenruk infrastruktur untuk perbaikan kualitas secara berkesinambungan, identifikasi proses atau metode yang membutuhkan perbaikan, membentuk tim yang bertanggung jawab atas proyek perbaikan tertentu, dan menyediakan sumber daya dan pelatihan yang dibutuhkan tim perbaikan tersebut agar dapat mendiagnosis masalah dan mengidentifikasi penyebabnya, menemukan pemecahannya, dan melakukan perbaikan terhadap masalah tersebut.
Kepemimpinan pendidikan mutu dalam memiliki peran yang sangat penting dalam kaitannya dengan pemberdayaan guru dan para staff untuk bekerja sama dalam satu tim yang solid. Dengan demikian seorang pemimpin pendidikan mutu harus memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Melibatkan para guru dan seluruh staff dalam aktivitas penyelesaian masalah, dengan menggunakan metode ilmiah, prinsip-prinsip mutu dan kontrol proses.
2. Meminta pendapat mereka tentang berbagai hal dan tentang bagaimana menjalankan tugas dan tidak sekedar menyampaikan bagaimana seharusnya bersikap.
3. Menyampaikan sebanyak mungkin informasi manajemen untuk membantu pengembangan dan meningkatkan komitmen mereka.
4. Menanyakan pendapat Staff tentang sistem dan prosedur mana saja yang menghalangi mereka dalam menyampaikan mutu kepada pelanggan (pelajar, orang tua maupun partner kerja).
5. Memahami bahwa keinginan untuk meningkatkan mutu tidak sesuai dengan manajemen dari atas ke bawah (top-down).
6. Memindahkan tanggung jawab dan kontrol pengembangan tenaga profesional langsung pada guru dan pekerja teknis.
7. mengimplementasikan komunikasi yang sistematis dan kontinyu diantara setiap orang yang terlibat dalam sekolah.
8. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta negoisasi dalam rangka menyelesaikan konflik.
9. Memiliki sikap membantu tanpa harus mengetahui semua jawaban bagi setiap masalah dan tanpa merasa rendah diri.
10. Menyediakan materi pembelajaran konsep mutu. Seperti membangun tim, manajemen proses, layanan pelanggan, komunikasi serta kepemimpinan.
11. Memberikan teladan yang baik.
12. Belajar berperan sebagai pelatih, bukan sebagai BOS.
13. Memberikan otonomi dan berani mengambil resiko.
14. Memberikan perhatian yang berimbang dalam menyediakan mutu bagi pelanggan internal dan eksternal.

2. Peran Pemimpin Pendidikan Mutu.
Komitmen terhadap mutu harus menjadi peran utama bagi pemimpin pendidikan mutu. Menurut peters dan Austin sebagaimana dikutip Sallis (2008 hlm. 170), pemimpin pendidikan mutu harus memiliki perspektif dibawah ini:
1.      Kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilai-nilai institusi kepada para staf, pelajar dan komunitas yang lebih luas. Manajer harus memberi arahan, visi dan inspirasi. Mentalitas yang menganggap dirinya bos harus dirubah menjadi pendukung dan pemimpin staf.
2.      Dekat dan untuk pelanggan pendidikan, yakni pelajar. Hal ini mencerminkan bahwa institusi memiliki focus yang jelas terhada pelanggan utamanya.
3.      Pemimpin harus melakukan inovasi diantara stafnya dan bersiap mengantisipasi kegagalan yang merintangi inovasi tersebut.
4.      Menciptakan rasa kekeluargaan
5.      Memiliki sifat-sifat personal yang dibutuhkan, yaitu ketulusan, kesabaran, semangat, intensitas, dan antusiasme.

Pemimpin pendidikan mutu memiliki fungsi utama dalam manajemen mutu di sekolah, diantara fungsi utama tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Penjaga visi mutu terpadu bagi institusi.
2.      Motivator bagi seluruh struktur organisasi disekolah untuk berkomitmen terhadap proses peningkatan mutu. Komitmen memerlukan antusiasme dan tak henti terhadap pemberdayaan mutu, selalu menghendaki kemajuan dengan metode dan cara yang baru (Spanbauer dalam Sallis, 2008:175).
3.      Mengkomunikasikan pesan mutu.
4.      Memastikan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan praktek intitusi.
5.      Mengarahkan perkembangan karyawan.
6.      Memimpin inovasi dalam institusi.
7.      Mampu memastikan bahwa struktur organisasi secara jelas telah mendefinisikan tanggung jawab dan mampu memersiapkan delegasi yang tepat.
8.      Memiliki komitmen untuk menghilangkan rintangan, baik organisasional maupun Kultural.
10. Membangun tim yang efektif.
11. Mengembangkan mekanisme yang tepat untuk mengawali dan mengevaluasi kesuksesan (Sallis, 2008:173-174).


D. Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam semua kelompok masyarakat, baik itu keluarga, perkumpulan olah raga, unit kerja, maupun organisasi lainnya, mesti terdapat seseorang yang paling berpengaruh diantara anggota kelompok yang lainnya dan ia dapat dikatakan sebagai seorang pemimpin. Organisasi akan sangat tidak efektif dan efisien manakala tidak mempunyai seorang pemimpin, bahkan sangat dimungkinkan tidak akan mampu mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan yang efektif dalam suatu organisasi adalah kepemimpinan Administratif, yang berkenaan dengan upaya menggerakkan orang lain supaya melaksanakan tugasnya secara terkoordinasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan administratif berdasarkan perencanaan yang rasional, bukan berdasarkan intuisi, bertindak berdasarkan pemahaman terhadap masalah-masalah internal dan eksternal organisasi. Kepemimpinan berdasarkan pada kesadaran diri dan menyadarkan individu-individu lainnya terhadap tujuan organisasi.
Kepemimpinan yang mengarah kepada kualitas meliputi tiga fungsi manajerial, yaitu :
[1] Perencanaan kualitas; fungsi ini meliputi langkah-langkah: identifikasi pelanggan, identifikasi kebutuhan pelanggan, mengembangkan produk berdasarkan kebutuhan pelanggan, mengembangkan metode dan proses kerja untuk menghasilakan produk yang memenuhi atau melampaui harapan pelanggan, dan mengubah hasil perencanaan ke dalam tindakan nyata.
[2] Pengendalian kualitas; langkah-langkah dalam fungsi ini adalah: evaluasi kinerja aktual, membandingkan kinerja aktual dengan tujuan, dan melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi perbedaan kinerja yang ada.
[3] Perbaikan kualitas; langkah-langkahnya: membenruk infrastruktur untuk perbaikan kualitas secara berkesinambungan, identifikasi proses atau metode yang membutuhkan perbaikan, membentuk tim yang bertanggung jawab atas proyek perbaikan tertentu, dan menyediakan sumber daya dan pelatihan yang dibutuhkan tim perbaikan tersebut agar dapat mendiagnosis masalah dan mengidentifikasi penyebabnya, menemukan pemecahannya, dan melakukan perbaikan terhadap masalah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Arcaro, Jerome S., 2005. Pendidikan Berbasis Mutu, Pustaka Pelajar, Jogjakarta.

Bill Creech, 1996. Lima Pilar (Manajemen Mutu Terpadu) TQM, Alih Bahasa oleh: Drs. Alexander Sindoro, Binarupa Aksara, Jakarta.

Dale Timpe, A., 2002. Kepemimpinan (Leadership), Seri Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Danim, Sudarwan, 2008. Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Fandy Tjipto & Anastasya Diana, 2001. Total Quality Management, Edisi Revisi, Andi Offset, Jogjakarta.

Fattah, Nanang, 2004. Landasan Manajemen Pendidikan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.

Ivanchevich, John. M, et.all, 1995. Organisasi Jilid I, Erlangga, Jakarta.

Heri Aryanto, 2013. Makalah Latar Belakang Perkembangan Mutu, disampaikan pada seminar kelas Maret 2013.

Oemar Hamalik, 1993. Psikologi Manajemen, Trigenda Karya, Bandung.

Purwanto, Ngalim, 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Salis, Edward, 2008. Total Quality Management in Education, Alih Bahasa oleh Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, Ircisod, Yogyakarta.

Sudarman Danim, Prof., Dr., 2007. Visi Baru Manajemen Sekolah, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Tunggal, Amin Widjaya, 1993. Manajemen, Suatu Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta.

Wahjosumidjo, 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.


[1] Ia adalah Direktur Educational Plans anf Programs, Leadership and Management, Development Center, Air University, Maxwell AFB, Alabama.
[2] Dr. Zainal Berlian, DBA pernyataan “dalam dunia pendidikan…” disampaikan dalam pemaparan kelas pada bulan Maret 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar